Chapter-5

165K 7.2K 31
                                    


"Eh, kalian pernah denger gosip-gosip atau apaan gitu tentang cewek yang punya suara merdu di sekolah baru kita?"

Glen, Rangga dan Bobby menoleh kearah Keenan. Malam ini mereka berempat sedang memasuki salah satu cafe milik orang tua Bobby. Kebiasaan lama yang belum hilang.

Dan kalau kalian tanya apakah Keenan dan Glen sudah baikkan, jawabannya adalah sudah. Keenan sudah meminta maaf pada Glen meski cara meminta maafnya lebih kepada mengajak bertengkar.

"Gosip-gosip gimana maksud lo?" Tanya Bobby.

"Yah, gosip-gosip gitu tentang cewek yang punya suara merdu."

Mereka kebingungan dengan apa yang dimaksud oleh Keenan.

"Lo makin hari makin aneh aja Kee!" seru Rangga.

Keenan mendecak sebal. Apa salahnya coba menanyakan hal seperti itu?

"Yang ada ni ya, kita-kita yang jadi bahan gosipan dari kemarin," timbal Rangga sembari merangkul bahu Keenan.

Keenan menghembuskan nafasnya berat. Kalau itu ia sudah tahu. Tanpa diberi tahu pun, ia sudah tahu jika mereka jadi bahan gosipan para cewek di sekolah barunya itu.

Cowok ganteng mah bebas.

"Yeee.... itu sih gue juga tahu pe'ak!" Seru Keenan.

"Yaudah, kali. Gengsi amat, hahaa.."

Keenan hanya memutar bola matanya mendengar ejekan para sahabatnya itu.

Tapi yang pasti, ia masih sangat penasaran dengan cewek itu. Semoga saja, ia bisa bertemu kembali dan berkenalan dengannya.

"Udah, ah. Kalian pesen apa?" Bobby melambaikan tangannya kepelayan. "Berantem mulu kerjaannya."

"Kita gak bayarkan?" Tanya Keenan.

Bobby menghembuskan nafasnya berat. Ia menatap Keenan seakan ingin memakan sahabatnya itu. Memang sejak kapan mereka membayar setiap pesanannya?

"Iya, iya. Kayak pernah bayar aja," jawab Bobby kesal.

Mereka pun tertawa tak terkecuali Bobby. Inilah alasannya mereka memilih cafe milik orang tua Bobby. Supaya uang saku mereka tidak terbuang sia-sia. Haha...


******


Malam ini Gania sedang berkutat dengan buku-buku pelajarannya. Hasil ulangan Matematikanya tadi tiba-tiba saja menurun drastis.

Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya. Yang pasti, Gania tidak mau kejadian itu terulang kembali.

Saat hendak menulis kembali semua soal ulangan kebuku tulisnya, ponsel yang berada diatas ranjang tiba-tiba saja berbunyi menandakan ada seseorang sedang menghubunginya.

Ia membuka kaca matanya dan menyimpannya keatas meja. Lalu ia berdiri untuk mengambil ponselnya yang ada di atas ranjang.

Ternyata Tyas yang menghubunginya. Dahinya mengerut. Ada apa Tyas menelfonnya malam-malam begini? Batinnya.

Ia pun menggeser tombol hijau dan melekatkan ponselnya ketelinga.

"Gania!!!"

Gania sedikit menjauhkan ponselnya saat mendengar teriakan Tyas. Telinganya terasa sakit mendengar teriakan Tyas dibalik layar ponselnya.

"Ih, jangan teriak-teriak gitu ah. Sakit ni telinga," seru Gania setelah kembali mendekatkan ponselnya ketelinganya.

"Hehe... sorry," ujar Tyas sambil cengengesan dibalik ponselnya. "Keluar yuk. Bosen gue di rumah mulu."

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang