"KEENAN!!!"Setelah mengucapkan nama Keenan dengan pekikan tertahan, Gania langsung berlari menuju ranjang itu untuk memastikan bahwa yang berada diatas ranjang itu benar-benar Keenan.
Gania semakin terkejut saat dugaan benar. Diatas ranjang itu memang benar-benar Keenan, pacarnya.
"Ya Allah, Keenan. Kamu kenapa?"
Tak ada jawaban dari Keenan. Nampak ia masih memejamkan matanya menikmati tidurnya dengan wajah yang sangat pucat.
Gania melipat kakinya dengan lutut sebagai tumpuannya diatas lantai. Punggung tangannya terulur untuk menyentuh kening Keenan.
"Astaufirullah! Panas banget!" Pekiknya tertahan.
Kening Keenan begitu terasa panas. Dengan cepat, ia berdiri dari lantai dan keluar dari kamar Keenan.
Karena pekikan Gania, Keenan membuka matanya dengan perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah Gania yang sedang memandangnya dengan raut wajah khawatir.
"Gania?" Gumamnya lirih. Bahkan bisa dibilang hanya mengeluarkan sedikit suara.
Gania mengangguk seraya menggenggam punggung tangan kiri Keenan.
"Kamu kenapa kesini? pulang gih sana!"
Keenan tidak suka jika ada seseorang yang melihatnya sedang sakit. Bahkan ketika dokter yang memeriksanya, biasanya ia akan mengusirnya dengan keras.
"Gak! Aku khawatir sama kamu," ucap Gania. "Badan kamu panas banget. Aku turun dulu kedapur mau ngambilin kamu air kompresan."
Tanpa menunggu jawaban dari Keenan, Gania turun dengan tergesa-gesa menuju dapur. Rasa panik yang timbul saat melihat Keenan berbaring lemah diatas ranjang membuatnya hampir menangis.
Bahkan sekarang, setetes air mata keluar dari ekor matanya.
"Bunda! Keenan demam, bunda," ucapnya dengan nada khawatir.
Mia yang sedang menyeduhkan teh kedalam gelas pun mengerutkan dahinya mendengar ucapan Gania.
"Badan Keenan panas banget, bunda. Gania khawatir....." Gania menahan ucapannya saat sadar atas ucapannya.
Sebegitu paniknya dia kepada Keenan?
"Sama Keenan," lanjutnya dengan pelan.
Mia tersenyum samar melihat tingkah Gania. "Iya, bunda tahu kalau Keenan lagi demam. Makanya bunda nyuruh kamu kekamarnya," ujar Mia.
Gania salah tingkah atas ucapannya. Ia pun tersenyum kikuk pada Mia untuk menahan rasa malunya.
"Terus kalau Keenan demam, kamu mau ngapain?" Tanya Mia lalu duduk dikursi yang berada diruangan dapurnya.
Gania membulatkan matanya seraya memukul pelan dahinya.
"Gania lupa, bun!" Serunya. "Gania mau ngambil air hangat sama sapu tangan buat ngompres Keenan."
Mia beroh-ria seraya memangut-mangut paham. Ternyata pacar anaknya ini bisa diandalkan. Batinnya.
"Kamu ambil disana, terus sapu tangannya ada dilemari itu. Kamu bisa ambil disana." Mia menunjuk tempat menyimpan barang-barang yang diperlukan oleh Gania.
Dengan cepat, Gania mengambil semua barang-barang yang diperlukannya ditempat yang diintruksikan oleh Mia.
"Makasih, bunda. Gania kekamar Keenan dulu," ucap Gania yang langsung diangguki oleh Mia.
Gania pun berlari kecil menaiki tangga sembari membawa mampan berisi satu baskom kecil dengan air hangat dan tak lupa juga sapu tangannya.
Kakinya sedikit membuka pintu kamar Keenan agar terbuka dengan lebar. Setelah itu, ia masuk kedalam menuju ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]
Dla nastolatkówKepindahannya kesekolah milik ayahnya sendiri membuat Keenan tak sengaja bertemu dengan siswi bersuara merdu disana. Kejadian itu membuat Keenan sangat penasaran dengan siswi itu. Awalnya hanya ingin mengetahui namanya yaitu Gania. Setelah mengetahu...