Gania duduk didalam kamarnya dengan menyandarkan punggungnya kepintu. Ia menekuk kedua kakinya dan memeluknya dengan erat. Tangisnya belum berhenti dari cafe tadi.Tyas sudah berusaha menanyakan hal apa yang membuatnya menangis seperti itu, namun Gania hanya menggeleng dengan tangis yang terus menerus keluar dari matanya.
Ia tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang sudah dikubur sejak lama olehnya. Orang yang paling ia hindari dari tiga tahun yang lalu.
Mengapa Tuhan mempertemukan Gania dengannya saat ini?Apa Tuhan sengaja menggali semua yang dipendamnya dalam-dalam selama ini?
"Ma...maaf."
Hanya kata 'maaf' yang bisa ia ucapkan saat ini. Meski tidak bertatapan langsung dengan orang itu.
Hatinya terasa nyeri saat mengingat kembali kenangan indah yang pernah ia lalui bersama orang itu.
Dadanya bergetar naik turun. Dadanya sesak.
Begitu sakit hatinya setelah melihat orang yang sangat dirindukannya dari dulu.
Namun saat ia bertemu dengan orangnya, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia terlalu takut membalas perkataannya. Ia takut kembali membuat kekacauan yang sama seperti tiga tahun yang lalu.
Ia tidak mau! Ia tidak mau! Sudah cukup kecerobohannya yang membuat semua hancur.
Setelah lama menangis, ia merebahkan tubuhnya kelantai dengan memeluk lututnya yang tidak dilepas. Rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya hingga ia tertidur dilantai.
"Glen...."
*****
Sedangkan di tempat lain, Glen mengepalkan kedua tangannya. Ia mengutuk dirinya karena tidak mengejar Gania. Untuk kedua kalinya ia bodoh karena membiarkan Gania pergi darinya.
"Lo bodoh Glen! Lo bodoh!" Umpatnya pada dirinya sendiri. Ia memukul-mukul dinding hingga membuat jari-jarinya sedikit mengeluarkan darah.
Ya, orang yang tak sengaja menyenggol Gania di cafe itu adalah Glen.
Glen saat itu ingin mencuci wajahnya yang sedikit berkeringat. Dan karena itu ia akhirnya bertemu dengan Gania.
Sudah hampir tiga tahun Glen mencari Gania. Namun ia tak pernah menemukan sosok Gania.
Tapi mengapa hari ini saat ia bertemu dengannya, Gania malah menghindar? Dan yang paling menyakitkan adalah melihat cinta pertamanya menangis sengukan didepannya.
Hatinya terasa teriris saat kembali terbayang raut wajah Gania yang menangis.
Seburuk itukah kecerobohannya dulu hingga Gania takut kepadanya?
Hati dan pikirannya bercampur jadi satu. Antara senang karena akhirnya bertemu dengan Gania dan marah karena tidak bisa menghalang kepergian Gania.
"Arrgggtthh..."
******
"Lo ngerasa aneh gak ngeliat Glen tadi?" Tanya Rangga yang sedang menyetir mobilnya.
Keenan dan Bobby menoleh. "Aneh gimana maksud lo?" Tanya Keenan.
"Iya, aneh aja sih," sahut Rangga seadanya.
"Perasaan lo kalik," seru Bobby. "Keenan kan tadi gak lagi ngejelekin Halya. Bener gak Kee?"
Keenan mengangguk membenarkan ucapan Bobby. "Iya. Gue rasa, gue tadi gak lagi ngejelekin si Halya deh."
"Tapi kenapa Glen kayaknya lagi kesal gitu pas keluar dari toilet? Gak biasanya tu anak sensian kalau gak digangguin lo?"
Keenan terdiam. Ia juga ikut berpikir apa yang dimaksud oleh sahabat-sahabatnya itu.
"Gak biasanya juga dia pulang duluan," timbal Bobby. "Biasanya dia pulang bareng-bareng kita."
Keenan melirik kearah Bobby yang sedang meminum sebotol air mineral.
"Mungkin dia ada urusan sampai gak bisa pulang bareng kita," sahut Keenan.
"Ck! Bisa jadi sih," ucap Bobby. "Tapi kenapa dia gak bilang ada urusan? Malah main pulang aja. Ijinnya cuma bilang 'gue duluan'."
Bobby mengikuti nada bicara Glen saat berpamitan pulang duluan tadi.
Keenan terkekeh melihatnya. Dengan gemas, ia memukul kepala Bobby dengan kuat.
"Aw! Sakit Keenan!" Serunya.
Keenan dan Rangga tertawa terbahak-bahak melihat Bobby yang sedang kesal.
******
Tahap revisi, maaf ya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]
Teen FictionKepindahannya kesekolah milik ayahnya sendiri membuat Keenan tak sengaja bertemu dengan siswi bersuara merdu disana. Kejadian itu membuat Keenan sangat penasaran dengan siswi itu. Awalnya hanya ingin mengetahui namanya yaitu Gania. Setelah mengetahu...