Part Extra

160K 4.3K 163
                                    


1 tahun kemudian......

"KEENAN!!!"

Keenan meringis. Ia tidak menyangka sikap Gania yang lemah lembut dan penuh kasih sayang berubah drastis saat ia mengandung. Apa lagi, teriakan itu terjadi karena Gania sedang berusaha mengeluarkan jagoannya.

"Iya, sayang. Iy--awh!!!"

Lagi-lagi Keenan meringis kesakitan. Ia mengikuti gerakan tangan Gania yang entah sengaja atau tidak menarik rambutnya.

"Sa--kit, Keenan. Sa--kit!!"

Sesakit itukah yang dirasakan oleh Gania?

Keenan menatap lekat wajah istrinya yang saat ini sedang bertaruh nyawa. Jika saat ini ia bisa memindahkan rasa sakitnya, ia akan memindahkannya saat ini juga.

Keenan tidak tega melihat Gania kesakitan.

"Sabar, sayang. Bentar lagi jagoan kita bakal keluar."

Hanya kata itulah yang keluar dari bibir Keenan. Ia hanya bisa berdoa dan memberi semangat agar istrinya bertahan untuk melahirkan anaknya. Anak mereka berdua.

"Ayo, bu. Ngejen lagi. Dedeknya masih malu-malu."

Gania mengangguk lemah. Ia mengikuti ucapan dokter yang menyuruhnya untuk mengejen lagi.

"Ayo, bu. Kepala dedeknya udah kelihatan."

Dengan sekali tarikan nafas, Gania mengejen sekuat tenaganya. Dan beberapa detik kemudian...

"Hoeeee.. hoeeee..." terdengar suara tangis bayi yang menyelimuti ruangan tersebut.

"Selamat, bu. Anaknya sehat dan sangat tampan," ucap dokter yang tersenyum senang sembari menggendong bayi yang masih berlumuran darah itu.

Keenan bahagia. Sangat bahagia. Ia pun langsung mencium puncak kepala Gania sebagai tanda rasa cintanya.

"Terima kasih, sayang. Terima kasih."

"Aws..."

Bukan perkataan yang manis atau pun indah dari jawaban Gania, melainkan sebuah rintihan kesakitan yang kembali membuat tubuhnya terasa melilit.

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Keenan khawatir.

"Perutku mules lagi," sahut Gania.

"APA?!"




********





7 tahun kemudian.......

"Papa, cepetan bawa anak-anak!!!" Lagi-lagi Gania berteriak kesal dengan gerakan lambat Keenan.

Hari ini mereka berniat ingin berkunjung ke rumah orang tua Keenan. Mia dan Gilang sudah meneror mereka untuk datang ke rumahnya dengan alasan di rumah sepi tidak ada mereka.

Ya, wajar saja. Anak Mia dan Gilang kan cuman Keenan seorang. Haha...

"Iya, sabar Ma!" Balas Keenan yang baru keluar dari rumahnya. Nampaknya Keenan sesusahan mengandeng kedua tangan anaknya di kiri dan di kanan.

"Ayo cepet! Mama ngamuk loh kalau kita lelet."

Kedua anak kembarnya itu bukannya takut atau menangis mendengar perintah dari Keenan, anak kembar itu malah meloncat-loncat kegirangan bagai anak-anak yang baru mendapatkan mainan.

"Eh! Galeno jangan loncat-loncat!"

Keenan melepaskan genggamannya pada tangan di kirinya untuk menahan anaknya yang bernama Galeno agar berhenti meloncat.

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang