Chapter-20

108K 5.2K 57
                                    


"Bareng dia?"

  Glen menghentikan gerakan tangannya yang hendak memasang helm saat melihat Keenan menghampirinya bersamaan dengan Gania.

"Iya. Gue mau ajak Gania ngumpul bareng kita-kita." Keenan sengaja menekankan nama Gania diperkataannya.

  Glen memangut paham, lalu pandangannya beralih kepada Gania yang hanya menunduk menatap tanah. Sedetik kemudian, pandangannya jatuh kepada tangan Keenan yang masih setia merangkul bahu Gania dengan kuat.

  Hatinya memanas saat melihat Keenan tersenyum hangat kepada Gania. Apa lagi sepertinya, Keenan sengaja melakukan itu karena adanya Glen.

"Oke."

  Glen, Bobby dan Rangga pun mulai memakai helmnya dan menstater hingga menimbulkan bunyi deruman yang keras. Untungnya, tempat parkiran saat itu sedang sepi. Karena semua yang menyimpan kendaraan disana sudah pulang.

"Aku pakein ya?" Tanpa menunggu persetujuan Gania, Keenan memakaikan helm cadangan yang baru dibelinya waktu itu kekepala Gania.

  Sebelum memasangkan helmnya, tangan Keenan sempat memindahkan helaian rambut Gania kebelakang. Hingga membuat wajah Gania sedikit terlihat dari tutupan rambut-rambut nakalnya.

  Keenan memasang helmnya sendiri dan langsung naik kemotor kesayangannya dan tak lupa juga menstater motornya hingga menimbulkan suara deruman yang lebih nyaring dari pada suara deruman motor-motor sahabatnya.

"Udah. Yuk, naik."

  Gania mengangguk. Kemudian, ia menerima uluran tangan Keenan untuk membantunya menaiki motornya karena ketinggian.

  Wajar saja, tinggi badan Gania hanya sebahu Keenan. Hal itu, membuat Gania kesusahan menaiki motor besar itu.

"Dasar pendek!"

  Gania memutar bola matanya jengah. Ia pun langsung memukul bahu Keenan setelah berhasil duduk dimotor itu.

"Enak aja! Aku gak pendek!"

  Keenan terkekeh mendengar elakan Gania. Ia yakin, pasti wajah Gania saat ini sedang ditekuk masam.

"Emang kenyataannya pendekkan?" Tanya Keenan sekali lagi mengejek Gania.

  Gania mengeram kesal. Ia pun langsung menggigit pundak Keenan dengan keras hingga membuat Keenan memekik kesakitan.

"Aw!! Sakit Ga!"

  Gania tidak perduli dengan suara rintihan Keenan. Ia masih menggigit dan bahkan memperkuat gigitannya.

"Aw! Ampun Ga!" Seru Keenan yang sudah tidak kuat dengan gigitan Gania. "Iy-iya iya. Lo gak pendek! Aw..."

  Gania melepaskan gigitannya dan menjauhkan wajahnya dari pundak Keenan.

  Tangan Keenan pun terulur untuk mengusap-ngusap pundaknya yang dilapisi jaket bomber.

"Kasar banget sih Ga? Sakit banget!"

  Gania mengerucutkan bibirnya kedepan. "Bodo amat! Kan gue udah bilang kalau gue gak pendek, lo aja yang ngeyel. Rasain!"

  Keenan masih meringis kesakitan. Hingga tiba-tiba pandangannya bertemu dengan ekor mata Glen yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

  Keenan tersadar, saat ini bukan hanya ada dirinya dan Gania. Tapi ada Glen, Bobby dan Rangga yang masih menunggunya.

  Hingga akhirnya, seutas ide pun melintas didalam otaknya.

"Sakit banget tahu Ga." Keenan berkata dengan nada lirih. Seperti seseorang yang hendak menangis namun ditahan.

  Mendengar suara Keenan yang seperti itu membuat Gania sedikit tidak enak hati.

  Entah mengapa, Gania seberani itu. Sampai-sampai berani menggigit pundak Keenan dengan kuat hingga Keenan kesakitan.

  Hatinya terlalu kesal saat Keenan mengejeknya pendek. Tapi memang pendek sih, hehe...

"Sakit banget ya Kee? Aduh, maafin gue ya?"

  Tangan Gania menyentuh bekas gigitannya sendiri dan mengelusnya agar rasa sakit dipundak Keenan berkurang.

  Ujung bibir Keenan pun terangkat. Ternyata idenya berhasil.

  Dengan cepat, Keenan pun memegang punggung tangan Gania yang masih mengelus pundaknya.

"Tadi sakit. Tapi sekarang gak sakit lagi. Hehe..."

  Gania mengerutkan dahinya. Ia terdiam sesaat. Hingga beberapa detik kemudian, ia tersadar bahwa Keenan sedang mengerjainya.

"Lo jahat banget sih!" Gania menjauhkan tangannya dan langsung memukul bahu Keenan dengan kuat.

  Bukan kesakitan, Keenan tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kesal Gania.

"Hoi! Ayo buruan!" Seru Bobby yang sudah tidak sabar melihat Keenan dan Gania diatas motornya.

"Ho'o. Jangan pacaran didepan kita-kita yang jomblo dong!" Timbal Rangga yang sepertinya sakit hati melihat kemesraan antara Keenan dan Gania.

  Mendengar seruan Teman-teman Keenan, Gania pun tersadar jika disini bukan hanya ada dirinya dan Keenan. Melainkan ada Bobby, Rangga dan juga Glen.

  Ha? Glen? Batinnya.

  Gania pun memandang Glen yang terdiam diatas motornya sambil melihat kemereka. Bukan, bukan. Melainkan kearah Gania.

  Pandangan mereka bertemu. Sedetik kemudian, Gania membuang pandangannya kearah Keenan.

"Ayo, berangkat. Temen-temen kamu kasian nungguin kita," kata Gania seraya melingkarkan tangannya kepingga Keenan. Kepalanya pun menyandar tenang kebahu Keenan sebelah kanan.

  Awalnya Keenan terkejut. Namun, ia berhasil menetralkan keterkejutannya dengan mengangguk dan tersenyum samar.

  Keenan tahu, Gania melakukan ini karena Gania melihat Glen menatapnya dengan lekat.

  Sedari tadi, Keenan mengikuti arah pandangan Gania. Hingga ia menyadari, bahwa Gania dan Glen saling berpandangan dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Iya."

  Setelah itu, Keenan menjalankan motornya meninggalkan tempat parkiran itu yang diikuti oleh Bobby dan Rangga dari belakang.

  Sedangkan, Glen hanya diam dan menatap lurus kedepan.

  Bibirnya tersenyum kecut. Pikirannya masih berkelut saat Gania dengan sengaja melingkarkan tangannya kepinggang Keenan. Ia tahu, Gania melakukan itu agar Glen berpikir untuk menjauh darinya.

"Gue gak akan lepasin lo Gania!"







******



Uyee.....
Mulai masuk kedalam konflik ni guys
Gimana? Ada hubungan apa sih Gania sama Glen?

Oke, maaf ya pendek
Sengaja kok, hehe..
Gaklah, gak sengaja. Tapi disengajain wkwk

Garing thor!!!!

Yaudah, deh. Terima kasih ya yang udah baca
Love you guys😍😍🎉🎉🎉

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang