Chapter-37

88.3K 4.2K 60
                                    


  Kecewa!

  Satu kata yang sedang menyelimuti hati seorang cowok remaja saat itu. Perasaan gundah gulana antara percaya atau tidak dengan apa yang terjadi.

  Ia ingin menolak semua pikiran negativ tentang Gania diotaknya. Tapi hatinya terlalu kecewa dengan apa yang dilihatnya tadi.

  Untuk pertama kalinya, Keenan terjatuh sejatuh jatuhnya kepada seorang wanita.

  Untuk pertama kalinya, Keenan berhasil terpedaya oleh drama-drama palsu yang Gania tunjukkan kepadanya.

  Dulu, Keenan lah yang selalu menghianati mantan-mantannya. Dan jika ada yang memutuskannya secara sepihak, Keenan tidak pernah merasakan rasa kecewa seperti ini.

  Keenan berpikir, mengapa disaat ia sudah yakin akan keputusannya menjalin sebuah hubungan yang baik bersama Gania, malah Gania sendirilah yang berkhianat?

  Dan untuk Glen. Apa salahnya hingga Glen, orang yang sudah Keenan anggap saudaranya malah menyakiti dirinya dengan cara yang tak pernah ia bayangkan?

  Apa karena Keenan selalu mengeluarkan kata-kata yang tidak langsung menyakiti perasaan Glen?

  Jika memang iya, tidak seperti ini caranya membalas dendam. Bahkan, ini tak seharusnya terjadi kepadanya.

  Entah mengapa siang ini begitu panas bagi Keenan. Keringat bertetesan dari pelipis wajahnya. Ekspresi wajahnya sangat-sangat datar. Sangat berbeda jauh dengan ekspresi Keenan yang biasanya.

  Bobby yang berada disebelahnya sedikit merasa aneh melihat Keenan yang tak mengeluarkan suara sama sekali.

  Biasanya, Keenan akan berkicau tak henti-hentinya mengomentari setiap gerakan orang-orang yang aneh dimatanya.

  Tapi saat ini, lebih tepatnya setelah kembali dari mengejar Glen. Keenan kembali kedalam kelas dengan raut wajah yang sulit diartikan.

  Kedua alisnya hampir menyatu. Sedangkan tatapannya seperti seseorang yang sedang ingin membunuh.

  Bobby yakin. Keenan sedang memiliki masalah saat ini. Apa lagi, Glen tidak masuk kekelas saat ini.

"Kantin?" Ucap Bobby yang sengaja menengur Keenan.

  Tapi hasilnya sia-sia. Keenan sama sekali tidak merespon ucapan Bobby dan masih menidurkan kepalanya kemeja.

  Bobby mencolek bahu Rangga yang duduk tepat didepan Keenan.

"Rangga!" Panggil Bobby.

  Rangga menoleh kebelakang sembari melepaskan sebelah headseatnya.

"Apa?" Tanya Rangga.

  Bobby menunjuk-nunjuk Keenan yang masih setia diposisi semula. Rangga pun mengikuti arah telunjuk Bobby.

"Dia kenapa?" Tanya Rangga saat tahu Keenan lah yang ditunjuk oleh Bobby.

  Bobby menggeleng pelan. "Gak tahu!" Jawabnya. "Glen kemana? Tumben bolos gak ngajakin kita?"

  Rangga melepaskan headseatnya yang tersisa sebelah dikupingnya, lalu menyimpannya kesaku celana.

"Iya, yah. Glen kemana?" Ucap Rangga. "Coba lo tanya sama Keenan. Tadikan, Keenan nyariin dia."

  Bobby memangut-mangut paham lalu menggoyangkan bahu Keenan.

"Kee. Bangun! Lo lihat Glen gak?"

"Berisik!!!" Seru Keenan tanpa menoleh atau pun beranjak dari posisinya.

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang