Chapter-40

90.1K 4K 112
                                    


Gania terus berlari menuju toilet. Sesekali bahunya menabrak bahu siswa lainnya yang berlalu lalang.

Biasanya, disaat seperti, Gania akan mengucapkan kata 'maaf' kepada orang disenggolnya itu. Tapi kali ini tidak! Gania tidak mengucapkan kata itu. Bahkan ia tidak melihatnya dan masih terus berlari seperti orang yang sedang dikerja anjing buas.

Gania terus berlari tanpa memperdulikan Tyas yang terus memangilnya agar berhenti.

Gania tidak tahu apa yang ada didalam pikirannya. Saat ini ia hanya ingin menangis untuk mengeluarkan rasa sesak didalam hatinya. Rasa kecewa didalam hatinya karena melihat perlakuan Keenan kepadanya.

Mengapa secepat ini?

Disaat Gania ingin memperbaiki semua,  mengapa Keenan melemparkan sebuah pemandangan yang bahkan tak pernah ia bayangkan sejak hubungannya tertimpa masalah.

Gania langsung masuk kedalam toilet dan tak lupa menguncinya. Kakinya begitu lemas karena berlari hingga ia merasa tidak mampu lagi untuk menopang tubuhnya untuk berdiri.

Tubuhnya jatuh secara perlahan hingga membuat ia terduduk sambil menyandarkan punggungnya kepintu.

Tangannya memukul daerah jantungnya karena berdegub dengan kencang. Air matanya terus menerus keluar dari pelupuk matanya. Bahkan hidungnya mengeluarkan cairan hijau.

"Kenapa lo tega banget sama gue Keenan?"

Tangis Gania semakin keras saat  mengucapkan nama Keenan. Ia kembali teringat dengan kejadian tadi dimana Keenan mengelus kepala Halya dan mengucapkan kata-kata manis hingga membuat Halya seperti melayang.

Seharusnya, Gania yang berada disana. Seharusnya Gania yang memakai helmnya.

Seharusnya Gania yang dijemput oleh Keenan.

Seharusnya... Gania yang mendapatkan elusan romantis seperti tadi.

"Kenapa Keenan?! Kenapa?! Hiks... hiks...."

Gania memukul dinding yang ada disebelahnya untuk meluapkan semua emosi dan rasa sakitnya. Ia terus memukul dinding itu tanpa memperdulikan rasa sakit ditangannya akibat pukulan kuat yang dibuatnya.

Rasa sakit ditangannya itu tidak mampu mengalihkan rasa sakit didalam hatinya.

"Gue sayang sama lo Keenan! Gue sayang....."

Perlahan, tangan Gania mulai berhenti memukul dinding. Ia menunduk sembari segukan. Ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan sekarang.


******

Keenan masuk kedalam kelasnya dengan raut wajah yang sulit diartikan. Entahlah, sedih atau marah.

Melihat ke anehan dari Keenan, membuat Bobby sedikit penasaran. Apa lagi, tadi ia melihat Keenan tidak berangkat bersama Gania. Melainkan bersama Halya. Cewek yang dihindari oleh Keenan selama ini.

Tapi mengapa mereka bisa berangkat bersama? Apa Keenan ada masalah dengan Gania? Atau, hubungan Keenan dan Gania sudah berakhir?

"Kenapa muka lo? Dateng-dateng kusut gitu?" Ucap Bobby. "Putus sama Gania?"

Keenan menghentikan langkahnya saat hendak duduk dibangkunya. Ia menatap Bobby dengan tatapan yang sulit diartikan.

Melihat respon Keenan yang sepertinya tidak suka, membuat Bobby menelan salivanya kasar lalu mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hehe... bercanda. Yaelah, baper banget!" Ujarnya tak enak hati.

Keenan mendengus lalu melepar tasnya keatas meja dan duduk dibangkunya. Tanpa mengeluarkan suara, ia menjatuhkan kepalanya dengan pelan kemeja. Tangannya menahan kepala agar tidak sakit karena bersentuhan dengan meja.

Moodnya hari ini benar-benar hancur. Melihat Gania yang sepertinya sama sekali tidak ingin memperbaiki hubungan membuat ia pasrah.

Keenan tidak tahu arah pikirannya sekarang. Ia ingin menemui Gania dan menanyakan ada hubungan apa dia dengan Glen, tapi tiba-tiba saja ia teringat saat Gania berpelukan dengan Glen.

Hatinya terasa sakit hingga membuatnya mengurungkan niatnya itu.

"Keenan?"

Mendengar namanya dipanggil, Keenan mendongakkan kepalanya dan melihat Glen berdiri disampingnya dengan tas yang dirangkulnya dibahu kiri.

Keenan menatapnya beberapa detik lalu kembali keposisi semula tanpa menjawab panggilan Glen.

"Keenan, gue mau ngomong sama lo," ujar Glen sekali lagi.

Lagi-lagi Keenan tidak menghiraukan ucapan Glen. Ia masih setia diposisi yang sama seperti tadi.

Dengan geram, Glen menarik lengan Keenan hingga membuatnya keluar dari bangkunya dan berdiri dihadapannya.

"Lo apaan sih?!" Seru Keenan seraya menjauhkan tangannya dari pegangan Glen.

Bobby dan Rangga terkejut mendengar seruan Keenan. Meski mereka sering melihat Keenan dan Glen beradu mulut, tapi mereka tidak pernah melihat Keenan berteriak didepan Glen.

"Kenapa lo deketin Halya?" Tanya Glen. "Lo sama Gania masih pacaran. Lo mau nyakitin perasaan Gania?"

"Kenapa? Lo gak suka?" Tantang Keenan.

Glen menghela nafas berat. Ia tidak mungkin melawan Keenan dengan emosi. Ia yakin, Keenan melakukan itu karena terpaksa.

"Lo harus denger penjelasan gue! Gue sama Gania emang ada hubungan, tapi bukan hubungan yang lo pikirin!"

Keenan menaikkan alisnya lalu mendekatkan wajahnya kearah Glen.

"Emang lo tahu, apa yang gue pikirin tentang lo sama Gania?" Tanya Keenan dengan pelan.

Glen terdiam. Ia membalas tatapan Keenan namun lidahnya terlalu keluh untuk mengatakan hubungannya bersama Gania.

Keenan tersenyum kecut. Lagi-lagi Glen berhasil membuatnya yakin bahwa hubungan mereka berdua lebih dari sekedar mantan.

"Lo gak bisa jawab pertanyaan gue kan?" Ucap Keenan.

Bobby dan Rangga hanya terdiam menonton pertengkaran Keenan dan Glen tanpa mengeluarkan satu kata pun.

"Lo berdua itu sama!" Kata Keenan. "Sama-sama bangsat!!"

Setelah mengucapkan itu, Keenan mengambil tasnya dan menjauh dari bangkunya.

"Kee, lo mau kemana?" Teriak Bobby.

"Bolos!" Jawabnya tanpa menoleh dan kemudian keluar dari kelasnya.

Glen mengusap wajahnya kasar. Ini semua salahnya. Andai saja, ia tidak gegabah, pasti Gania tidak akan merasakan sakit seperti ini. 










*****

Glen kenapa gak bisa bilang sih punya hubungan apa sama Gania?

Selamat membaca
Jangan lupa vote dan comment ya...

Bye, bye....

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang