Chapter-49

89.7K 4.1K 64
                                    


Bobby dan Rangga kembali berkunjung kerumah Keenan. Dengan harapan, Keenan menerima nasipnya yang telah kehilangan Gania.

Harapannya pun menjadi kenyataan. Setelah masuk kedalam kamar Keenan, Bobby melihat Keenan sedang duduk diatas ranjangnya sembari memegang mangkok yang berisi bubur didalamnya.

Kedatangan Bobby dan Rangga pun disambut ceria oleh Keenan. Seakan, tak ada sebuah masalah yang melanda dirinya.

"Gimana keadaan lo, Kee? Udah baikan?" Tanya Bobby yang duduk disisi ranjangnya Keenan.

Keenan tersenyum sembari mengangguk pelan. "Udah baikan. Tapi belum boleh keluar rumah, dokternya ngelarang."

Bobby dan Rangga terkekeh mendengar jawaban Keenan. Dalam hati mereka bersyukur, setidaknya Keenan sedikit sembuh dari sakitnya.

"Ada apa, Bob?" Tanya Keenan sembari memakan buburnya. "Tumben-tumbenan lo main kerumah? Biasanya juga ngajakin nongkrong dicafe lo."

"Lo kan lagi sakit pe'ak! Gak mungkinlah gue ngajakin lo kecafe. Sarap nih anak!" Seru Bobby.

Keenan tertawa mendengar seruan Bobby. Ia menelan buburnya susah payah kemudian menyimpan mangkoknya keatas meja.

"Tolong ambilin air dong, Bob. Hehe..."

Bobby memutar bola matanya jengah. Bisa-bisanya Keenan sempat menyuruh dirinya untuk mengambil air. Padahal, air tersebut ada disebelahnya.

Catat! Disebelah Keenan!

"Gak sakit, gak sembuh, lo masih resek, Kee!" Bobby kembali berseru kesal. Namun dia mengikuti permintaan Keenan yang menginginkan air.

"Nih, minum! Makan gelasnya sekalian!"

"Tega banget lo, Bob! Haha..."

Keenan mengambil gelas yang berisi air putih itu dari tangan Bobby. Kemudian meminumnya hingga tersisa setengah.

"Makasih, Bobby." Keenan mengulurkan kembali gelas tersebut kearah Bobby sembari menyengir kuda.

Bobby tak menyahuti ucapan Keenan. Ia mengambil gelas tersebut dan menyimpannya kembali ketempatnya semula.

"Haha... cocok lo jadi pembantu, Bob!" Ujar Rangga yang berdiri dihadapannya.

"Sialan!"





******




Lain halnya dengan Gania. Gadis itu termenung didekat jendela sembari melihat keadaan luar sana.

Malam ini begitu dingin. Cahaya yang bertaburan diluar sana terlihat sangat indah untuk dipandang.

Dan malam ini, Gania teringat akan Keenan.

Bagaimana keadaannya?

Apakah sudah membaik?

Pertanyaan itu melayang-layang dalam benaknya.

Gania jadi teringat akan kejadian dulu di mana dia menjenguk Keenan. Keenan yang sama sekali tidak bisa terkena air hujan, harus demam karenanya.

Dari kejadian itu, Gania bisa tahu segala hal tentang Keenan. Tentang kebaikan hatinya. Tentang keburukan dan keindahan hatinya. Serta, ketakutan Keenan.

"Aku sayang kamu, Kee." Gania menghapus air mata yang mengalir disudut matanya.

"Tapi kita gak bisa sama-sama."

Sungguh! Gania tak mampu lagi menahan tangisnya. Meski sudah hampir 1 bulan mereka berpisah, tapi hal itu sama sekali tak mengubah apapun.

Semuanya masih sama. Hati Gania masih terpaku pada Keenan. Setengah jiwanya telah direnggut oleh Keenan.

Dan saat ini, Gania tidak tahu lagi harus berbuat apa.






******




Gak tahu lagi mau nulis apa. Sumpah! Gara-gara dikatain gendut, jadi kepikiran sama berat badan. Jadinya, gak ada inspirasi buat update.

Jangan lupa vote dan comment ya..

Bye,bye.....

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang