Chapter-52

99.9K 3.8K 59
                                    

Gania merebahkan tubuhnya keatas ranjang. Setelah melihat kondisi Kakeknya, ia langsung masuk kedalam kamarnya.

Rasanya ia butuh istirahat sejenak. Sudah setahun ia meninggalkan rumahnya, ia jadi merindukan tidur dalam suasana kamarnya seperti ini.

Apa lagi saat panas diluar sangat terik. Cukup membuat kulit terasa terbakar. Untungnya ada AC yang mendinginkan suasana kamarnya. Jika tidak, Gania tidak tahu dengan keadaan tubuhnya saat ini.

Gania memejamkan matanya. Mencoba mengistirahatkan jiwa dan raganya untuk sesaat.

Memikirkan Keenan, membuat otak dan tubuhnya terasa lelah. Terlalu banyak kenangan indah untuk dilupakan.

Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya. Mau tidak mau, Gania pun membuka matanya lalu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Siapa?" Tanya Gania dengan sedikit berteriak.

"Mas, Ga!" Sahut seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Glen.

Gania beranjak dari tempatnya. Kemudian membukakan pintu kamarnya agar Glen bisa masuk kedalam.

"Kamu gak istirahat?" Tanya Glen sembari duduk disofa yang berada didepan ranjang Gania.

"Sebenernya mau istirahat, tapi mas ngetuk pintu. Yaudah, Gania gak jadi tidur," sahut Gania dengan nada sedikit kesal.

Glen terkekeh kecil. Ia pun melirik gerakan Adiknya yang sedang duduk disisi ranjangnya.

"Mas cuma kangen sama kamu, Ga. Lama banget rasanya kita gak ngobrol kek gini," ujar Glen.

Gania terdiam. Memang benar yang dikatakan Glen. Cukup lama mereka tidak saling berbicara seperti ini. Sejak kejadian yang dulu.

"Oh, iya. Mas mau tanya nih," ucap Glen lagi.

"Mau tanya apa, mas?"

Glen memandang wajah Gania dengan lekat. Ada rasa takut untuk menanyakan hal itu kepadanya Adiknya itu.

Glen takut, Gania sedikit tersinggung dan masih terbelenggu dengan kejadian tempo dulu. Tapi ia sangat penasaran dengan perasaan Gania sekarang.

"Kamu udah move on dari Keenan?"

Pertanyaan itu terlontar begitu saja tanpa aba-aba. Hal itu sontak membuat Gania terkejut dan memaku di tempatnya.

Tubuh Gania bergetar mendengar nama Keenan. Entah apa yang membuat respon tubuhnya seperti itu mendengar pertanyaan dari Glen.

Belum move on?

Pernyataan itu seakan melayang dalam otak Gania. Bahkan ia tidak pernah memikirkan untuk move on dari Keenan.

Melihat raut wajah Gania yang berubah membuat Glen tersadar. Tidak seharusnya ia bertanya seperti itu kepada Gania.

Glen pun langsung berusaha menetralkan suasana hening itu dengan mencoba lari dari pertanyaannya sendiri.

"Kalau kamu gak bisa jawab juga gak papa. Mas ngerti kok." Glen berdiri dari tempatnya. "Mas keluar dulu. Ada urusan sebentar."

Gania mengangguk pelan. Entah mengapa lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkan sepatah kata sekarang.

"Kamu istirahat, aja. Kalau perlu apa-apa, panggil Bik Inah."

Tanpa menunggu jawaban dari Gania, Glen keluar dari kamarnya dan meninggalkan Gania sendirian didalam.

Gania menghembuskan nafasnya berat. Mengapa cobaan tentang Keenan masih menghantuinya?






*******






Berbeda halnya dengan Keenan. Di saat Gania berusaha menyakin diri jika ia sudah melupakan Keenan, Keenan sendiri sedang berusaha menyakinkan dirinya jika hubungannya akan membaik.

Duduk sendirian di cafe yang biasa Keenan datangi bersama sahabatnya.

Keenan yakin. Tuhan akan mengembalikan Ganianya--cintanya kepada dirinya.

Cinta tak akan pergi tanpa kembali ketempatnya berasal, bukan?

Keenan masih ingat dengan perkataan Bobby tadi pagi di bandara. Dan cinta Gania berasal dari hatinya. Dari hidupnya.

Semoga saja ucapan Bobby benar.

Keenan menghembuskan nafasnya pelan. Tangannya bergerak mengambil gelas kecil yang berisi kopi hitam hangat.

Entah sejak kapan Keenan suka dengan kopi. Seingatnya, dulu ia sama sekali tidak suka kopi.

Ah, mungkin sejak kepergian Gania. Karena setiap malam, Keenan selalu memikirkan Gania dan terjadilah kebiasaan aneh. Yaitu, meminum kopi hitam.

Kopi hitam tersebut sampai ditenggorokannya. Terasa sedikit pahit karena Keenan sengaja tidak memasukkan gula terlalu banyak.

Rasa pahit yang berasal dari kopi hitam tersebut tak sebanding dengan rasa pahit akibat perbuatannya dulu. Rasa pahit bercampur dengan penyesalan yang sampai saat ini masih terbelenggu dalam hidupnya.

Mungkin, sampai mati pun kehidupan Keenan akan diselimuti dengan penyesalan.

"Cepat pulang, Gania....."








******










Sedih ya jadi Keenan😭😭😭😭😭



Keenan masih imutnya dulu wkwk

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang