Prom Night adalah kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa-siswi yang baru saja selesai menjalani masa-masa terakhir SMA.Anggaplah kegiatan itu adalah kegiatan terakhir bersama teman-teman karibnya. Teman seperjuangannya selama tiga tahun di sekolah. Kini semua sudah berakhir.
Masa halnya dengan Keenan dan para sahabat-sahabatnya. Terkecuali, Glen.
Mereka dengan kompak menggunakan kemeja putih yang dilapisi dengan jas berwarna hitam yang pas ditubuh mereka.
Pita kecil berwarna merah terikat pas dibagian kerah kemeja Bobby. Sontak membuat penampilannya semakin mempesona dimata kaum hawa didekatnya.
Sedangkan dengan Rangga. Ia hanya memfokuskan rambut jambulnya. Sesekali jari-jari tangannya menyisir rambut. Hal itu sontak membuat kesan seksi bagi kaum hawa yang lalu lalang didekatnya.
Aneh memang. Tapi itulah pemikiran dua sejoli itu. Penampilan adalah nomor satu dari segala-galanya.
Berbeda dengan Keenan. Ia hanya menampilkan penampilan yang cukup sederhana. Hanya kemeja putih dan jas berwarna hitam serta celana dan sepatu yang berwarna senada dengan jasnya.
"Gila! Cewek-cewek disini cantik-cantik juga ya? Bisa tergoyahkan iman gue nih!" Ucap Bobby dengan nada lebay.
"Bener banget kata lo, Bob! Biasanya juga gak secantik-cantik sekarang," timbalnya sembari merangkul bahu Bobby.
Mereka tertawa. Bersenda gurau bagaikan dua orang yang tidak dua orang yang tidak pernah bertemu selama berpuluh-puluh tahun.
Keenan hanya menonton tanpa ikut memotong pembicaraan mereka. Entahlah, rasanya terlalu hambar untuk menimpali gurauan sahabatnya itu.
"Sejak putus sama Gania, lo berubah drastis Kee," kata Bobby. "Masih galau aja."
Keenan melirik Bobby. Mendengar kata 'putus' membuat otaknya berpikir keras. Kata itu tidak pernah terucapkan dalam hubungannya.
Baik ia atau pun Gania, sama sekali tidak mengucapkan satu kata pun tentang kejelasan hubungannya mereka.
Setelah insiden Keenan mengecup lembut kening Gania, mereka kembali menciptakan jarak yang sama sekali tidak bisa dihindar.
"Udahlah, relain aja Gania sama Glen. Toh, mereka aja bahagia?!" Kali ini Rangga yang berujar.
Sebenarnya, ia juga kecewa saat mendengar masalah antara Glen dan Keenan. Bisa-bisanya Glen menghianati persahabatan mereka yang berlangsung hampir enam tahun ini.
"Mereka berdua itu sama-sama penghianat! Buat apa dipikirin?!" Sambungnya sedikit terbawa emosi.
Mendengar penuturan Rangga, Bobby menjitak dahi Rangga dengan kuat.
"Lo apa-apaan sih? Memperburuk suasana aja!" Serunya.
Bobby yakin, yang terjadi antara mereka bertiga itu hanyalah sebuah kesalah pahaman. Meski cara Glen dan Gania salah, tapi ia yakin, Glen dan Gania tidak setega itu.
"Ye... memang benerkan?"
Bobby menggerakkan tangannya seolah ingin mencakar wajah Rangga. "Lo tuh ya... ish!"
Lagi-lagi Keenan hanya terdiam tanpa menyahuti pertengkaran Bobby dan Rangga.
Tiba-tiba saja, Keenan dikejutkan oleh suara MC diatas panggung yang menyebutkan nama Gania. Sontak membuat Keenan menoleh dan memandang kearah panggung.
Terlihat Gania berdiri sembari membawa gitar akustik dengan mini dress berwarna putih.
Keenan dapat melihat bahwa saat MC menanyakan untuk siapa lagu yang akan dinyanyikannya, Gania melihatnya lalu mengucapkan kata-kata yang sungguh menyejukkan hatinya.
"Lagu ini aku persembahkan untuk seseorang yang aku sayang."
******
"Kamu yakin, Ga? Coba kamu pikirin lagi deh," ucap Glen yang masih membujuk Gania.
Gania menggeleng pelan sembari melemparkan senyum hangat kepadanya.
"Aku udah pikirin ini mateng-mateng kok, mas," katanya. "Mas, jangan khawatir gitu deh."
Glen berdecak kesal. Bagaimana tidak khawatir? Beberapa jam lagi Gania akan pergi meninggalkannya lagi. Sama seperti tiga tahun yang lalu.
"Kalau kamu pergi gara-gara, mas. Coba kamu pikirin lagi, gimana dengan Keenan?"
Gania menghentikan gerakannya mengambil gitar lalu memutar tubuhnya menghadap kearah Glen.
"Gania pergi bukan buat siapa pun, mas. Gania pergi buat diri Gania sendiri. Jangan sangkut pautin dengan orang lain deh," sahutnya kembali mengambil gitar.
Sesekali tangannya memetik senarnya untuk memastikan suaranya tidak sumbang.
"Tapi Gania..."
Ucapan Glen terpotong oleh sentuhan tangan Gania dibahunya. Gania mengelus bahu Glen dengan lembut untuk memberikan ketenangan padanya.
"Percaya sama Gania. Oke?!"
Glen melirik bahu yang dielus oleh Gania. Kemudian ia mengangguk pasrah dengan keputusan Gania.
"Mas harap, kamu gak sia-siain pengorbanan kamu pergi dari Indonesia, Ga," ujarnya sembari membalas elusan Gania.
Gania hanya mengangguk paham tak lupa tersenyum kepasa Glen.
"Kita panggilkan, ini dia. Gania!!!" Ucap MC diatas panggung yang disugukan oleh sekolah untuk acara Prom Night.
"Eh, Gania udah dipanggil, Mas. Gania kepanggung dulu ya," pamitnya pada Glen.
Glen mengangguk. "Semangat!"
Kemudian Gania mulai menaiki tangga untuk menyumbangkan sebuah lagu.
"Wah, Gania cantik banget ya. Mau menampilkan apa kamu malam ini?" Tanya MC setelah Gania naik keatas panggung.
"Aku bakal mempersembahkan lagu untuk seseorang," jawabnya.
Terdengar suara riuh tepuk tangan dan sorakan dari penonton dibawah panggung.
"Waw, untuk seseorang. Kalau boleh tahu, siapa sih orang itu?"
Gania memandang kearah Keenan berdiri ditepi. Ia bisa melihat Keenan yang menatapnya dengan tatapan datar tanpa senyuman.
"Lagu ini aku persembahkan untuk seseorang yang aku sayang."
"Wuuu.... so sweet banget ya?" Ucap MC memperheboh suasana. "Gak perlu lama-lama. Kita sambut persembahan lagi dari Gania!!!"
Setelah itu MCnya menjauh dari panggung membiarkan Gania memulai persembahannya.
******
Kira-kira lagu apa sih yang dinyanyiin Gania? Terus lagunya buat siapa ya?
Jangan lupa vote dan comment ya...
Bye, bye....
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]
Roman pour AdolescentsKepindahannya kesekolah milik ayahnya sendiri membuat Keenan tak sengaja bertemu dengan siswi bersuara merdu disana. Kejadian itu membuat Keenan sangat penasaran dengan siswi itu. Awalnya hanya ingin mengetahui namanya yaitu Gania. Setelah mengetahu...