Chapter-17

117K 5.6K 93
                                    

  

  Gania membantu ibunya yang sedang mempersiapkan makan malam. Meski makanannya tidak terlalu mewah dan seadanya. Hanya ada tumisan sayur kangkung dan ikan kembung goreng.

"Ada lagi buk?" Tanya Gania sembari meletakkan beberapa piring kemeja tamu.

  Berhubung mereka tidak mempunyai meja makan, jadi meja tamu pun menjadi sasaran mereka jika hendak makan.

"Udah, nak. Gak ada lagi," jawab ibunya. "Makanannya cuma ada ini aja. Gak apa-apakan?"

  Gania tersenyum hangat seraya menggeleng pelan. "Gak apa-apa kok buk. Yang penting makannya bareng ibu, Gania udah seneng kok."

  Setelah itu, mereka pun memakan makanannya dengan tenang tanpa mengeluarkan kata sedikit pun.

  Saat hendak memasukkan makanan kemulutnya, Gania dan ibunya dikejutkan suara ketukan dari luar pintu.

  Kening Gania mengerut. Siapa malam-malam begini bertamu?

"Siapa nak?" Tanya sang ibu.

  Gania menggeleng. "Gak tahu buk. Mungkin tetangga sebelah," sahut Gania. "Gania bukain dulu ya?"

  Ibunya mengangguk dan kembali memakan makanannya yang sempat terhenti.

  Gania beranjak dari tempat duduknya dan tak lupa menyimpan piringnya kemeja. Kakinya mendekat kearah pintu dan langsung membukanya.

"Siap..."

"Hai, Gania."

  Ucapan Gania terpotong oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Keenan. Gania membulatkan matanya seraya memegang dadanya yang hampir copot karena terkejut.

"Keenan!" Serunya. "Ngapain malem-malem kesini?"

  Keenan menyengir lebar lalu mengangkat kedua tangannya yang sedang memegang beberapa kantong plastik.

"Mau makan bareng calon keluarga," jawabnya dengan riang tanpa memperdulikan tatapan Gania yang ingin memakannya.

"Eh, nak cakep," sapa ibu Gania dibelakang Gania.

"Keenan, buk. Bukan nak cakep. Hehe..."

  Ibu Gania terkekeh geli mendengarnya. Sebenarnya ia tahu nama teman lelaki anaknya itu. Hanya saja, ia ingin mengodanya sedikit.

"Ah, iya. Ibu lupa," ujar sang ibu. "Ayo, masuk nak Keenan."

  Keenan mengangguk dan langsung menerobos tubuh Gania yang berada didepan pintu.

  Gania membulatkan matanya. Apa-apaan ini? Batinnya.

  Terlihat Keenan hendak duduk disofa bekas tempat duduk Gania. Namun dengan cepat, Gania berseru agar Keenan tidak diduduk disana.

"Ettt, jangan duduk disitu! Duduk disamping ibu aja."

  Keenan menghentikan gerakannya yang otomatis sedikit berjongkok. Keningnya mengerut mendengar larangan yang menurutnya sangat-sangat aneh.

"Kenapa?" Tanya Keenan.

"Iya, Ga. Kenapa memangnya kalau nak Keenan duduknya disitu?" Kali ini ibunya yang bertanya.

  Gania menghela nafas berat. Ia tahu, ibunya pasti akan membela Keenan jika sudah bertanya seperti itu.

"Gak jadi deh," ucap Gania dan langsung duduk tepat disamping ibunya.

"Ada apa nak Keenan bertamu malam-malam begini?" Tanya sang ibu.

"Oh, iya. Ini, tadi di rumah Keenan ada acara. Terus banyak makanan di rumah. Yaudah, dari pada dimakan sama tamu, mending dimakan sama calon keluarga," jelas Keenan tentang kedatangannya kesana.

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang