Chapter-31

87.5K 4K 23
                                    


  Gadis itu masih terus menunggu kedatangan sang pacar. Biasanya pada jam segini, Keenan sudah stand by didepan rumahnya dengan motor kesayangannya itu.

  Entah mengapa, sudah hampir lima belas menit Ganua menunggu didepan pintu runahnya. Tapi Keenan belum juga menampakkan batang hidungnya.

  Kemarin, setelah mengantar Gania pulang dengan menerobos hujan yang deras itu Keenan sama sekali tidak memberi kabar.

  Biasanya setiap Keenan mengantar Gania pulang, Keenan selalu menyempatkan diri untuk memberi kabar atau pun menanyakan hal-hal yang tidak penting.

  Tapi kemarin tidak. Keenan sama sekali tidak menanyakan kabarnya atau pun memberi kabar.

  Bahkan Gania mengiriminya pesan dan Keenan tidak membaca atau pun membalas pesan tersebut.

"Keenan kemana ya?"

  Gania melirik jam tangannya yang terpasang ditangan kirinya. Sudah hampir dua puluh menit ia menunggu Keenan.

   Tangannya pun bergerak untuk mengambil ponselnya dan membuka layarnya untuk menghubungi Keenan.

"Udah mau jam 7 lagi. Gimana ni?"

  Keenan tidak mengangkat sama sekali sambungan Gania. Hanya suara operator yang menjawabnya dari tadi.

"Ayo, angkat Keenan!"

  Gania menghubungi Keenan sekali lagi. Namun hasilnya nihil. Sambungan itu sama sekali tidak diangkat oleh Keenan.

  Sebenarnya ada sesuatu yang menganjal dalam hatinya. Ia teringat dengan ucapan Keenan yang mengatakan kata 'jangan tinggalin aku'.

  Aneh sekali menurutnya.

  Apa lagi saat Keenan menatapnya. Tatapan Keenan kemarin tidak seperti saat pertama kali Gania kenal.

"Aduh, Keenan. Kamu kemana sih?"

  Tiba-tiba saja, ada sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepan rumahnya.

  Keningnya mengerut. Siapa? Batinnya.

  Gania memutuskan sambungannya dan menyimpan ponselnya kesaku kemeja sekolahnya.

"Perasaan mobil Keenan warna putih deh," kata Gania.

"Sejak kapan berubah warna hitam?"

  Beberapa detik kemudian, keluarlah pengemudi mobil tersebut. Orang itu berjalan kearah Gania lalu melepaskan kaca matanya.

"Hallo, kenalin gue Bobby."

  Bobby mengulurkan tangannya pada Gania. Awalnya Gania ragu membalas uluran tangan orang yang bernama Bobby itu.

  Tapi ia ingat, kalau Bobby ini adalah sahabat yang paling akrab dengan Keenan.

  Kalau kalian tanya Gania tahu dari mana? Ya, tahu dari Keenanlah. Siapa lagi coba? Hehe...

"Oh, iya. Gue Gania," balas Gania.

"Ini, gue kesini.... gimana ya ngomongnya?" Bobby mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia sedikit malu berhadapan langsung dengan cewek karean ini adalah pertama kalinya ia berbicara langsung dan bertatap muka dengan seorang wanita.

"Tadi Keenan nyuruh gue jemput lo sekolah," ucap Bobby yang to the poin.

  Memang semalam Keenan menghubunginya dan meminta pertolongan agar pagi ini menjemput Gania sekolah.

  Awalnya Bobby menolak dan menyuruh Keenan meminta bantuan kepada Glen. Tapi entah mengapa, Keenan langsung marah dan tersulut emosi.

  Mau tidak mau, Bobby meng-iyakan perkataan Keenan dari pada mendengar Keenan marah-marah.

  Karena menurutnya, jika Keenan marah-marah. Setiap kata yang dikeluarkannya selalu menyakitkan hati. Apa lagi saat Keenan mengatakan akan membeber semua rahasianya pada didepan publik.

  Bobby tidak mau jika itu terjadi! Biarlah, Bobby mengalah demi sahabat cerewetnya itu.

"Disuruh Keenan?" Bobby mengangguk. "Kenapa Keenan nyuruh lo jemput gue?"

  Bobby hanya menggeleng seraya mengangkat bahunya acuh. Ia benar-benar tidak tahu alasan Keenan menyuruhnya menjemput Gania.

  Semalam juga ia sempat bertanya pada Keenan alasannya tidak menjemput sendiri. Dan hasilnya masih sama. Keenan marah-marah dan mengancamnya.

"Beneran? Dari kemarin sore, Keenan gak ada kabar sama sekali. Gue telpon juga gak diangkat-angkat," kata Gania. "Padahal kita lagi gak ada masalah apa-apa kok."

  Bobby menimang-nimang ucapan Gania. Tumben sekali Keenan seperti ini. Tidak seperti biasanya.

"Masak sih lo berdua gak ada masalah?" Tanya Bobby. Gania menggeleng pelan.

"Setahu gue ni ya. Kalau Keenan ngehindar dari seseorang, biasanya mereka punya masalah," lanjut Bobby setelah mendapatkan jawaban gelengan.

  Kedua alis Gania menyatu mendengar penjelasan sahabat pacarnya ini. Gania merasa hubungannya baik-baik saja. Tidak ada masalah sedikit pun.

"Coba lo pikirin lagi, kalian punya masalah apa," ujar Bobby. "Siapa tahu, lo kurang peka sama perubahannya. Ya.... meski agak aneh sih perubahannya."

  Gania mengangguk seraya tersenyum samar. Mungkin benar. Ia yang kurang peka dengan perubahan Keenan.

"Iya, kali ya."

"Udah, yuk. Berangkat," ucap Bobby. "Keburu telat ni."

  Gania mengangguk. Bobby pun kembali memakai kaca matanya dan berjalan menuju mobilnya.

"Ett! Tunggu!"

  Bobby menghentikan langkahnya dan memutar balik tubuhnya menghadap Gania.

"Keenan sekolah gak?" Tanya Gania.

  Bobby menggeleng.

"Gak sekolah?"

"Gak tahu!!!"

  Gania memanyunkan bibirnya kedepan seraya menghentakkan kakinya ketanah. Ia kesal dengan jawaban Bobby yang sangat-sangat jahat.

  Bobby kembali membalikkan badannya dan berjalan memasuki mobilnya.

  Sedangkan Gania mengikutinya dari belakang sembari memikirkan permasalahan apa sampai membuat Keenan sedikit berubah dari hari sebelumnya.






*******

 

  
Ada yang tahu gak Keenan kenapa tiba-tiba gak jemput Gania sekolah?

Ciee.... Keenan labil banget gara-gara masalah sepele sampai bela-belain nyuruh Bobby yang ngejemput Gania😄😄😄

Jangan lupa vote dan comment ya😍😍

Terima kasih
Salam jomblo👍👍

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang