Chapter-25

101K 4.8K 89
                                    


  Malam ini Gania duduk dikursi belajarnya dengan keadaan yang sangat bahagia. Bagaimana tidak? Hampir seharian ini ia menghabiskan waktunya bersama Keenan.

  Cowok tengil yang berhasil mengambil hatinya. Cowok tengil yang berhasil menerobos pintu pertahanan hatinya yang ia tutup rapat-rapat.

  Semua bayangan Keenan tersenyum hangat kepadanya. Perhatian-perhatian kecil yang Keenan berikan padanya. Sungguh sangat begitu terasa bagi Gania.

  Pikirannya saat ini sedang berkelut dengan bayangan-banyangan Keenan. Entah apa yang merasuki pikirannya hingga ia seperti itu.

  Untuk pertama kalinya, ia merasakan sebuah perasaan aneh yang menyelimuti hatinya saat berdekatan dengan Keenan.

  Untuk pertama kalinya, jantungnya berdegub kencang saat Keenan melontarkan rayuan manis bagaikan segelas coklat hangat.

  Dan untuk pertama kalinya, ia merasakan salah tingkah atas perlakuan Keenan padanya.

  Jujur, dulu ia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Bahkan jika ada seseorang yang berusaha mengambil hatinya, Gania tidak pernah meresponnya sama sekali.

  Tapi mengapa Keenan dengan mudahnya mendapatkan hatinya yang sudah tersimpan sejak lama?

  Memikirkan Keenan membuat senyum Gania terlukis indah diwajahnya. Entah mengapa, ia sedikit merasa aneh saat ia memikirkan Keenan.

  Apa lagi dulu ia pernah mengatakan bahwa Keenan adalah cowok gila dengan kadar kePDan yang sangat tinggi.

  Jangan katakan Gania sedang jatuh cinta padanya! Ah, bisa gila ia jika sampai itu terjadi.

"Aneh!"

  Tiba-tiba suara ponselnya terdengar nyaring diatas ranjangnya.

  Gania menoleh sejenak. Siapa yang menelponnya malam-malam begini? Tyas? Batinnya.

  Ia melihat kearah jam dinding kamarnya untuk melihat pukul berapa sekarang. Ternyata, sudah pukul 21.53.

  Tidak mungkin jika Tyas menelponnya malam-malam begini. Jika iya, palingan Tyas hanya mengerjainya dan mengajaknya keluar dengan alasan tidak ada orang tuanya dirumah.

  Tapi tidak mungkin malam-malam begini jugakan? Batinnya masih berperang dengan logikanya.

  Suara deringan itu pun terhenti, menandakan seseorang yang menghubunginya sudah memutuskan sambungannya.

"Tyas suka banget usil."

  Gania pun kembali membalikkan badannya dan mengambil novel diatas meja belajarnya.

  Saat hendak membuka lembaran novel itu, suara dering ponselnya kembali terdengar. Sontak membuatnya mendengus kesal dan segera beranjak untuk mengambil ponselnya.

  Nomor tidak dikenal tertera dilayar benda pipih itu. Dahi Gania mengeryit. Nomor siapa ni? Pikirnya.

  Setelah menimang-menimang mengangkatnya atau tidak, akhirnya Gania memilih untuk mengangkat sambungan itu.

"Hallo?" Ucapnya setelah mendekatkan ponselnya ketelinga.

"Hallo calon masa depan."

  Kedua alis Gania menyatu mendengar balasan dibalik layar ponselnya itu.

"Maaf. Ini siapa ya?"

  Terdengar suara kekehan dari sana. Hal itu membuat Gania semakin kebingungan.

"Beneran gak kenal sama suara aku?" Tanya orang itu dengan nada menyindir. "Masak lupa sama calon suami yang udah ngenalin sama orang tuanya?"

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang