Chapter-47

92.1K 4.2K 79
                                    

Bobby dan Rangga menatap iba keadaan sahabatnya yang terbaring lemah diatas ranjangnya.

Mata mata Bobby bahkan tak lepas dari wajah Keenan yang sedikit menirus dari seminggu yang lalu. Terhitung dari hari terakhir Keenan melihat Gania.

Sebegitu cintanya Keenan kepada Gania? Sebesar apa penyesalan yang sahabatnya itu rasakan saat ini?

Bobby mengusap wajahnya kasar. Untung saja dia tidak berani mengenal cinta sebelum cita-citanya tercapai.

"Gue gak tega ngelihat Keenan gak berdaya gini, Ga."

Rangga menoleh kearah Bobby yang masih lekat menatap Keenan.

"Sama. Gue juga, Bob."

"Kita harus gimana ya supaya Keenan gak gini?" Tanya Bobby.

Rangga mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti maksud ucapan Bobby barusan.

"Maksud lo? Gue gagal paham."

Bobby memutar bola matanya jengah. Ingin sekali dia memukul kepala Rangga sebagai balasan atas ketidak pahamannya barusan.

Namun Bobby masih bisa menahan tangannya itu untuk tidak berlaku kasar. Bagaimana pun, dia juga masih menghargai dan berlaku sopan selagi ada Ibunya Keenan. Bunda Mia tercantik sedunia....

"Otak lo dimana, Ga? Biar gue ambil sekarang!" Ucap Bobby berbisik.

"Apaan sih?! Becanda mulu lo kerjaannya!" Seru Rangga. "Lihat noh! Keenan lagi sakit! Bukannya nyari solusi, malah becanda. Dasar dugong!"

Bobby melonggong mendengar seruan Rangga. Bukannya tadi dia berniat ingin mencari solusi atas masalah yang dihadapi Keenan saat ini.

Oh Tuhan! Bolehkan saat ini Bobby memukul Rangga hingga babak belur?

Bobby mengeram kesal. Untung saja, dia masih bisa sedikit menahannya. Jika tidak, sudah pasti Rangga akan babak belur sekarang juga.

"Gue tadi juga bilang gitu, Rangga! Gue kan nanya, kita harus gimana suapaya Keenan gak gini lagi! Uhh... gue telen lo lama-lama!"

"Oh, haha.... bilang dong dari tadi. Gue gagal paham, Bob. Haha..."

Bobby tak menyahuti ucapan Rangga. Otaknya saat ini sedang berputar keras memikirkan cara untuk membuat Keenan mereka kembali.

Pandangan Bobby pun teralihkan kearah meja belajar yang berada tak jauh dari ranjang Keenan. Diatasnya, terdapat sebuah bingkai yang berisi poto Keenan dan Gania saat hari terakhir ujian.

Di mana Keenan yang sempat mencium puncak kepala Gania dan diikuti raut wajah keterkejutan Gania.

Kening Bobby mengerut. Dari mana Keenan dapat poto itu? Bukannya dia belum menyalin file-file poto yang ada dicameranya ke laptop.

Pandangan Bobby pun kembali kearah Keenan. Efek ditinggal Gania apa seperti ini?

"Ikut gue, Ga!"

"Eh, mau kemana?" Seru Rangga.

"Nyari solusi buat Keenan," jawab Bobby.

"Solusi apaan?"

Bobby berdecak kesal. Mengapa sahabatnya ini lemot sekali????

"Ck! Kebanyakan nanya! Ikut aja, napa sih?!"

Bobby beranjak dari tempatnya mendekat kearah Bunda Keenan.

"Bunda, Bobby sama Rangga pamit dulu, ya?" Bobby mencium punggung tangan Mia.

"Kok cepet banget, Bob? Mau ketemu pacarnya, ya?"

"Eh, enggak kok, Bun. Bobby sama Rangga ada urusan bentar," jawab Bobby. "Nanti kalau udah selesai, Bobby sama Rangga jenguk Keenan lagi kok."

"Oh gitu, ya? Yaudah, pulangnya hati-hati. Jangan lupa jenguk Keenan ya Bobby, Rangga. Cuma kalian yang bisa Bunda harepin buat semangatin Keenan," ujar Mia dengan suara lembutnya.

"Pasti, Bunda. Kita pulang dulu ya, Bun. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."





******






"Ayolah, Glen. Cuma lo yang bisa bantu Keenan!"

Glen meminum jus mangganya. Ia sengaja mengulur waktu. Jarang-jarangkan kedua sahabatnya ini memohon pertolongan kepadanya.

"Glen, c'mon!" Seru Bobby.

"Gue harus bantu apaan, Bob? Lo kan tahu sendiri kalau Keenan yang nyuruh Gania pergi. Kenapa sekarang berubah? Plin-plan banget!"

"Waktu itu Keenan gak tahu kalau kalian berdua saudara, Glen. Kalau Keenan tahu, gak mungkin mereka berantem," ujar Bobby. "Mereka berantem juga karna lo, Glen."

"Gue gak perduli, Bob. Salah Keenan juga yang gak mau dengerin penjelasan Gania." Glen menyandarkan punggungnya kesandaran kursi. "Yang gue tahu, Gania udah sakit hati karna Keenan. Udah, itu aja!"

Bobby menghela nafas berat. Ia memandang Rangga yang sedari tadi hanya diam dan memakan kentang gorengnya.

"Bantuin, pe'ak!"

Rangga tersedak mendapati pukulan dibahunya.

"Sialan!" Seru Rangga. "Bantuin apa?

"Bantuin ngebujuk Glen lah, Rangga!"

"Lo aja gak bisa, apa lagi gue Bob?"

Bobby semakin frustasi mendengar ucapan Rangga. Harus bagaimana lagi cara menaklukkan hati keras Glen?

"Gue harus gimana lagi??? Temen gue bego semua ya Allah!!"

Bobby menelusupkan kepalanya kedalam lipatan tangannya diatas meja. Rasa lelah menyelimuti pikirannya saat ini.

Membujuk Glen sama saja membujuk Keenan. Sama-sama susah.

"Sabar, Bob. Keenan pasti sembuh kok," ucap Rangga sembari melanjutkan aktifitas memakan kentang gorengnya.

"Gue gak tega ngeli--"

"Gue bakal bantu."

Bobby mengangkat kepalanya setelah mendengarkan titahan Glen yang akan membantunya. Raut wajahnya pun sedikit membinar mendengar titahan tersebut.

"Serius, Glen?" Tanya Bobby untuk memastikan.

Glen mengangguk pelan meski terlihat sedikit kaku. "Ya..."

"Aaa.... gue sayang sama lo, Glen. Sumpah! Gue sayang banget!!!"

Bobby merentangkan tangannya hendak memeluk Glen. Namun sayangnya, Glen menjauhkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum Bobby melakukan hal menjijikkan itu.

"Ettt.... tapi kalau gagal, gue gak bisa bantuin lagi ya?"




*****

Sedih juga ya jadi, Keenan?

Jangan lupa vote dan comment ya...

Bye, bye.....

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang