Pagi ini Gania berjalan menuju kelasnya dengan mood yang cukup baik. Karena tadi subuh sempat terdengar suara rintik hujan yang menenangkan hati dan perasaannya.Tentang kejadian semalam, Gania berdoa semoga ia tidak akan bertemu lagi atau bahkan tidak akan pernah.
Dan yang paling penting adalah semoga itu kala terakhir mereka bertemu. Itulah doanya tadi subuh setelah melaksanakan sholat wajib.
Gania memasuki kelasnya dan segera duduk dibangkunya. Setelah merapikan bajunya yang sedikit kusut, ia pun membuka tasnya dan mengambil beberapa buku paket untuk dibaca.
Inilah kebiasaannya sebelum memulai belajar. Membaca buku pelajaran yang akan dipelajari terlebih dahulu sebelum sang guru mengajar.
"Gania!" teriak Tyas kembali menggema didalam kelasnya.
"Tyas. Udah berapa kali gue bilang, jangan suka teriak-teriak ah!" Seru Gania.
Tyas hanya menyengir kuda lalu duduk dikursinya.
"Baca apaan Ga?" Tanya Tyas saat melihat Gania membuka lembaran buku yang dipegangnya.
"Yang lo liat?"
"Baca buku."
"Yaudah. Lo tahu jawabannya!" Sahut Gania dengan seadanya.
Tyas mengangguk-gangguk paham. Sebenarnya ia tahu Gania sedang membaca buku pelajaran. Tapi ia hanya berbasa-basi karena ia ingin menanyakan sesuatu yang bersangkutan dengan semalam.
"Ga?"
"Hm?" Balas Gania tanpa menoleh kearah Tyas.
"Lo... hem, lo..." ucap Tyas terbata-bata. Ia takut Gania marah padanya karena menanyakan hal yang sepertinya sangat menyinggung perasaannya.
"Gue mau tanya ni Ga."
"Tanya aja kali, Yas. Kenapa pakek ijin segala?"
"Soal semalem."
Gania menghentikan membaca bukunya. Ia terdiam. Ia tahu, Tyas pasti ingin menanyakan kenapa ia menangis semalam.
"Semalem lo kenapa nangis Ga?" Tanya Tyas ragu-ragu.
Gania menghembuskan nafasnya pelan seraya menutup kedua matanya.
"Gak kenapa-napa kok. Gue cuma gak nyangka aja lo pakek nama gue buat alesan lo keluar rumah," jawab Gania. "Gue terlalu baper gitu."
Begitulah Gania. Masih berusaha tenang menyikapi segala masalahnya. Bahkan ia menjawab pertanyaan Tyas tanpa ekspresi sama sekali.
Tyas menyipitkan seperti orang menyelidik. Ia tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan Gania. Karena ia tahu, Gania sangat pandai mengubah perasaannya.
"Lo gak bohongkan Ga?"
"Gak!" Sahut Gania.
"Dari segi lo jawab aja gue udah tahu lo ada masalah," seru Tyas. "Kadang gue berasa gak ada gunanya jadi sahabat. Karena saat sahabat gue lagi ngalamin masalah, gue malah gak tahu apa-apa." Tyas membuang pandangannya dari Gania.
Gania terkejut mendengar penuturan Tyas dan langsung menoleh kearahnya.
"Kenapa lo? Aneh banget." Gania tertawa hambar dengan gelengan dikepalanya.
"Gue binggung Ga," ucap Tyas yang mulai serius menatap Gania. "Gue ini sahabat lo atau cuma temen sih? Kalau lo ganggep gue sahabat, udah pasti lo bakal ceritain semua masalah lo. Tapi lo gak pernah cerita apa pun tentang masalah lo, berarti gue cuma dianggep temen dihidup lo, bukan sahabat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]
JugendliteraturKepindahannya kesekolah milik ayahnya sendiri membuat Keenan tak sengaja bertemu dengan siswi bersuara merdu disana. Kejadian itu membuat Keenan sangat penasaran dengan siswi itu. Awalnya hanya ingin mengetahui namanya yaitu Gania. Setelah mengetahu...