Chapter-23

108K 4.9K 141
                                    


Keenan lebih dahulu bermain skateboard. Kakinya begitu dengan lincah dan mahir bermain papan itu ditempat arena khusus bermain skateboard.

Bahkan, Keenan tidak terjatuh sama sekali saat bermain. Tidak seperti para remaja-remaja lainnya yang juga ikut bermain ditempat itu.

Awalnya Gania menutup mata saat melihat Keenan meloncat dan meluncur disana. Rasa khawatir akan Keenan jatuh tiba-tiba saja terlintas dibenaknya.

Bagaimana jika Keenan terjatuh? Bagaimana jika Keenan terluka? Atau lebih parahnya bagaimana jika Keenan terjatuh dan mengalami patah tulang? Ah, Gania tidak bisa membayangkan itu.

Tapi tunggu, mengapa Gania mengkhawatirkan keadaan Keenan? Ada apa dengan dirinya ini?

Apa Gania sudah jatuh cinta pada Keenan?

Pertanyaan itu terus menerus terlintas dipikirannya. Dan setiap memikirkan itu, Gania selalu menyangkalnya dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal.

Apa lagi beberapa hari ini, dalam tidur Gania selalu ada Keenan.

"Hey!"

Semua lamunan Gania terpecah saat terkejut mendengar suara Keenan.

"Ah, iya. Kenapa?" Tanya Gania gelagapan.

Dahi Keenan mengerut. "Kenapa melamun? Lama ya nungguin aku main skateboard?" Tanya Keenan. "Aduh, maaf ya. Aku udah selesai main kok." Keenan menyimpan skateboardnya ketanah dan langsung mengatupkan kedua tangannya kedada.

"Maafin ya? Aku bukannya lupa sama kamu, tapi aku beneran keasikan main skateboard. Maaf ya?"

Gania semakim terkejut. Ia bingung dengan tingkah Keenan yang meminta maaf. Memangnya dia salah apa? Batinnya.

Melihat respon Gania yang nampaknya tidak suka dengan itu, membuat Keenan semakin merasa bersalah.

Dalam hatinya terus merasa takut jika Gania marah kepadanya. Ah, lo bodoh Keenan! Dimana-mana cewek akan marah kalau disuruh menunggu. Menunggu itukan sakit! Batinnya bersuara.

"Kamu marah ya?" Tanya Keenan sekali lagi.

Gania hendak menyangkal ucapan Keenan pun langsung mengatupkan kedua bibirnya karena Keenan lebih dulu memeluk tubuhnya dengan erat.

"Aku minta maaf. Jangan marah?" Ucap Keenan disela-sela pelukannya. Bahkan suaranya saat ini seperti seseorang yang sedang menahan tangisnya.

Perasaan takut itu tiba-tiba saja datang menyelimuti hatinya. Ia takut Gania pergi meninggalkannya. Ia takut Gania marah padanya. Ia takut kehilangan Gania selamanya. Keenan takut!

"Jangan tinggalin aku."

Dahi Gania semakim mengerut. Apa katanya? Jangan tinggalin aku? Batinnya.

"Kamu kenapa sih Kee? Kecapean abis main skateboard ya?" Tanya Gania yang binggung dengan tingkah Keenan.

Mendengar pertanyaan Gania yang seperti orang kebingungan, Keenan pun langsung melepaskan pelukannya.

"Eh, kamu gak marah sama aku?" Bukannya menjawab, Keenan malah berbalik bertanya.

Gania menggeleng. "Marah? Siapa yang marah?"

Keenan pun langsung terkekeh. Bahkan bisa dibilang saat ini ia langsung tertawa mendengar jawaban Gania.

Bukan menertawakan Gania. Tapi menertawakan kebodohannya karena menganggap Gania marah padanya.

"Ih, kesambet apa ni anak malah ketawa?" Gumam Gania yang masih dapat didengar oleh Keenan.

Keenan masih tertawa. Bahkan ia memegang perutnya yang sedikit sakit akibat tawa yang berlebihan.

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang