Suara itu?
Gania segera mengadahkan kepalanya. Ia memandang nanar penampakan yang ada disebelahnya ini. Secara tak sadar ia telah berdiri dari tempat duduknya.
Tak berbeda jauh dengan orang yang ada dihadapannya ini. Ia juga memandang Gania dengan tatapan terkejut dan rindu.
"Gania...."
Nama Gania terlontar pelan dari bibir Keenan. Ia masih berusaha menyakinkan dirinya jika yang dilihatnya saat ini adalah benar-benar Gania.
Bola matanya memandang lekat setiap inci wajah Gania. Mulai dari ujung rambut hingga bagian bibirnya.
Ini Gania.
"Gania...." Keenan menyentuh bahu Gania dengan pelan. "Kamu kemana aja?"
Dengan sekali tarikan, Keenan merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapannya. Ia membawa tubuh Gania menyandar dalam bidang dadanya.
Terdengar suara tangisan dari dalam pelukannya. Dan Keenan yakini, itu adalah suara Gania.
"Aku kangen kamu, Gania." Lagi-lagi Keenan bersuara. "Aku kangen!"
Entah apa yang harus Gania ucapkan sekarang. Bibirnya terlalu kelu untuk mengucapkan satu kata pun untuk diucapkan. Ia tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Bahkan dirinya terhanyut dalam pelukan dari seseorang sesungguhnya juga sangat dirindukannya. Hanya tangisan yang mampu menjawab semuanya.
"Aku sayang kamu, Gania. Kenapa kamu tega ninggalin aku?"
Gania masih menangis dalam pelukan Keenan.
"Kamu ninggalin aku di sini sendirian, Gania. Sendirian!!"
Tak terasa setetes air mata mengalir dari sudut matanya. Rasa bahagia, haru, dan sedih bercampur dalam benak Keenan. Ia tidak menyangka jika saat ini ia bertemu kembali dengan Gania.
Tuhan tlah mengabulkan doanya.
"Ma--maaf!"
Entah mengapa tiba-tiba saja Gania melepaskan pelukan Keenan. Ia mundur satu langkah dan kembali membuat jarak dengan Keenan.
Gania menghapus sisa air matanya yang terhias diwajahnya. Ia memalingkan wajahnya dari Keenan meskipun ia sendiri tak ingin melakukan itu.
"Saya harus pergi!"
Gania mengambil tas yang ada diatas meja. Kemudian hendak berlalu dari tempat yang membuatnya bertemu dengan Keenan.
"Gania!"
Belum sempat Gania melangkah, Keenan langsung menahan lengan Gania. Ia tidak mau jika Gania pergi dari sisinya.
"Lepasin saya!"
"Aku gak bakal lepasin kamu lagi, Gania!"
"Lepasin saya, Keenan!"
"Gak akan!" Seru Keenan. "Aku gak akan ngelepasin kamu kek dulu lagi, Ga. Aku gak akan ngelepasin kamu lagi."
Gania menggeleng pelan. Ia tak sanggup mendengar suara Keenan. Ia tak sanggup mendengar permohonan Keenan.
Rasa sakit yang telah dikuburnya dalam-dalam, kini kembali digali oleh Keenan. Gania tak ingin. Ia tak ingin kejadian dulu kembali lagi.
"Aku sayang sama kamu, Gania. Aku cinta sama kamu."
"Itu dulu Keenan!" Gania membalikkan tubuhnya menghadap Keenan. "Itu dulu saat aku dan kamu masih menjadi kita!"
Tangis Gania pecah seketika. Padahal, ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh dari bendungan matanya.
"Please, let me go, Keenan. Hiks... hiks..."
Suara Gania memelan. Seakan mencapai sisi kelemahan Keenan agar membiarkan dirinya pergi.
Keenan terkejut mendengar perkataan Gania. Gania memohon untuk membiarkannya pergi?
"Kamu sendiri yang meminta ku pergi, Keenan. Kamu sendiri yang meminta ku untuk melupakan kita!"
"Tapi Gania---"
"Please, Keenan! Please....."
Perlahan, pegangan tangan Keenan dilengan Gania terlepas. Apa sesakit ini rasa luka yang telah ia buat kepada Gania?
Merasa tangan Keenan terlepas dari lengannya, Gania langsung pergi meninggalkan Keenan yang masih mematung di tempatnya.
Ini kesempatan. Dengan cepat, Gania berlari secepat mungkin agar Keenan tak bisa menahannya lagi.
"APA YANG HARUS AKU LAKUIN SUPAYA KAMU BAHAGIA, GANIA?"
Gania menghentikan langkahnya. Teriakan Keenan barusan membuat hatinya berdesir hebat.
Cukup membiarkan aku mencintai dalam diam, Keenan. Aku udah bahagia.
"LEPASIN SAYA DAN ANGGAP KITA GAK PERNAH KENAL!"
Setelah menjawab dengan lantang, Gania kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan cafe tersebut dengan perasaan yang sangat-sangat hancur.
Maafkan, Keenan.
*******
Bentar lagi ending kok
Sabar ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]
Teen FictionKepindahannya kesekolah milik ayahnya sendiri membuat Keenan tak sengaja bertemu dengan siswi bersuara merdu disana. Kejadian itu membuat Keenan sangat penasaran dengan siswi itu. Awalnya hanya ingin mengetahui namanya yaitu Gania. Setelah mengetahu...