"Butuh bahu untuk menyandar? Gue siap jadi sandaran lo."Tanpa rasa malu, Keenan duduk disebelah cewek bersuara merdu itu. Sontak membuat cewek itu menoleh kearahnya lalu mengerutkan dahinya.
"Siapa?" Lagi-lagi cewek itu menanyakan hal yang sama seperti pertama kali bertemu.
"Keenan. Keenan Dirgantara," jawab Keenan. "Murid baru disini."
Cewek itu pun hanya diam tanpa menjawab ucapan Keenan.
"Kalau boleh tahu, nama lo siapa?"Dengan penuh keberanian, Keenan pun menanyakan nama cewek itu. Dan lagi-lagi, cewek itu hanya menatapnya dengan alisnya terangkat sebelah.
Hal itu membuat Keenan tertawa hambar. Ia pun langsung menyodorkan sebuah minuman yang sempat dibelinya dari kantin.
"Nih, minum. Lo kayaknya kurang minum, pucet banget mukanya."
"Gak, usah. Makasih," tolak cewek itu dengan halus. "Saya kekelas dulu."
Cewek itu berdiri dari tempat duduknya dan hendak melangkahkan kakinya. Namun, Keenan langsung memegang tangannya untuk menghalangnya.
"Sebelum lo sebutin nama lo, gue gak akan lepasin tangan lo!" Ancam Keenan.
Cewek itu terlihat kesal. Ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Keenan.
"Lo mau tangan lo patah? atau lo sebutin nama lo!" Ancam Keenan sekali lagi.
Keenan semakin mengeratkan pegangannya hingga membuat tangan cewek itu memerah. Anggap saja Keenan itu kejam. Inilah sifatnya, jika sesuatu yang diinginkannya tidak tercapai, maka egonya akan menguasai dirinya.
Tidak peduli dengan siapa dia berhadapan. Tapi yang pasti jika ia menginginkan sesuatu, semua cara akan dilakukannya.
"Aw! Sakit," rintih cewek itu. "Ga-Gania. Nama saya Gania Syadhyra."
Akhirnya, cewek itu mengatakan namanya. Ternyata cewek yang dimaksud oleh Keenan ini adalah Gania.
Keenan pun langsung melepaskan genggamannya. Terlihat Gania mendekatkan punggung tangannya kebibirnya sendiri lalu meniupnya untuk menghilangkan rasa sakit.
"Huff... huff.."
"So-sorry. Gue gak sengaja tadi. beneran."
Dengan penuh penyesalan, Keenan menarik lengan Gania hingga mereka kembali duduk ketempat kursi tadi.
Keenan menarik tangan Gania untuk menganti meniupnya. Sesekali ia mengelus punggung tangannya untuk meredakan rasa sakit yang diakibatkan olehnya.
Gania menatap intens wajah Keenan saat meniup punggung tangannya. Tiba-tiba ia teringat dengan cowok yang berani-beraninya mencubit pipinya tanpa ijin.
"Aw!" Rintih Gania saat merasakan sakit kembali ditangannya.
"Eh, gue gak sengaja," ucap Keenan. "Biar gue bawa kerumah sakit ya? Kita ijin sama guru."
"Gak usah! Enak banget ya jadi diri anda? Setelah hampir membuat pergelangan tangan saya putus, dan anda dengan gampangnya bilang kata 'maaf'?" Gania menarik tangannya dari pegangan Keenan. "Gak lucu tahu gak!" Dengan cepat Gania beranjak dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan Keenan sendirian disana.
"Eh, tunggu! tunggu!"
Keenan hendak menghalanginya, namun ia urungkan niatnya karena takut cewek yang bernama Gania itu menjadil ilfeel padanya.
Keenan pun kembali duduk dikursinya sembari melihat punggung Gania yang mulai menghilang dari pandangannya.
Ah, lagi-lagi kamu ceroboh Keenan!
******
Keenan kembali kekelasnya dengan membawa dua botol minuman yang masih dipegangnya. Ia masuk dengan raut wajah yang sangat kesal. Mengapa ia tidak bisa mengontrol emosinya?
Tanpa permisi atau salam, ia menyolonong masuk kedalam lalu duduk kebangkunya.
"Keenan. Lama sekali kamu ketoiletnya!" Seru buk Farida.
"Sempet kekantin," sahut Keenan dengan malas.
Buk Farida hanya menggelengkan kepalanya tanpa memperpanjang masalahnya dengan anak pemilik sekolah ini.
"Kenapa lo pulang-pulang ditekuk gitu mukanya?" Tanya Bobby. "Kayak cowok kurang belaian aja. Haha..."
Keenan hanya diam tak mengindahkan pertanyaan Bobby.
"Woi! Muka lo kenapa?" Tanya Bobby sekali lagi.
Lagi-lagi Keenan masih belum menjawab pertanyaan Bobby. Ia masih memikirkan cewek itu alias Gania.
Seharusnya tadi ia tidak bersikap seperti itu. Kenapa ia tidak bisa mengendalikan dirinya?
Bobby geram melihat Keenan yang masih termenung. Tanpa berfikir panjang, ia pun menyentil dahi Keenan dengan kuat.
"Aw!" Rintih Keenan yang terkejut.
"Rasain! Orang lagi nanya juga, Jawab kek!"
Keenan menoleh kearah Bobby dengan raut wajah yang datar. Bahkan tatapannya itu seperti sulit untuk diartikan.
Tak lama kemudian, Keenan pun langsung menempelkan kedua minuman botol yang tadi dibawanya kepipi Bobby.
"Eh, anjay!" Seru Bobby yang terkejut.
"Jangan kebanyakan nanyak! Lo bukan Ayu ting-ting yang lagi nyari alamat rumah!"
Bobby mengambil satu botol minuman itu lalu meminumnya dengan kesal.
"Dasar cowok kurang belaian!!!"
******
Gadis itu masih meniupi pergelangan tangannya yang memerah. Meski rasa sakitnya sudah sedikit hilang, namun pergelangan tangannya itu masih terasa sakit.Gania tidak habis pikir dengan kelakuan cowok yang bernama Kee-- ah siapalah itu, ia tidak tahu. Bisa-bisanya hanya ingin mengetahui namanya saja sampai melakukan tindak kekerasa?
Jika dilaporkan kekomnas HAM, mungkin cowok itu sudah ditangkap dan masuk penjara.
"Sakit benget sih?"
Ia terus-menerus mengelus-ngelus pergelangan tangannya sembari sesekali meniupinya.
"Sialan tu cowok!" Umpatnya.
Ia jadi teringat dengan kejadian ditepi jalan kemarin. Ah, ia ingat! Cowok itu adalah cowok yang berani-beraninya memegang kedua pipinya.
Ia menjadi sedikit heran. Kenapa cowok itu seperti memiliki kepribadian ganda? Saat mencubit kedua pipinya, cowok itu terlihat sangat lembut meski caranya terbilang salah. Namun kali ini, mengapa ia bersikap kasar seperti ini?
"Kenapa dipikirin sih cowok aneh kayak gitu?!"
******
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]
Roman pour AdolescentsKepindahannya kesekolah milik ayahnya sendiri membuat Keenan tak sengaja bertemu dengan siswi bersuara merdu disana. Kejadian itu membuat Keenan sangat penasaran dengan siswi itu. Awalnya hanya ingin mengetahui namanya yaitu Gania. Setelah mengetahu...