Chapter-41

87.8K 4.4K 90
                                    


   Seminggu lebih sudah Gania dan Keenan tidak bertegur sapa. Bahkan saat mereka bertemu tanpa sengaja, mereka akan bersikap seolah-olah mereka tidak saling kenal.

  Hari ini adalah hari terakhir dimana ujian Nasional berlangsung. Dan yang paling mengembirakan adalah lima menit lagi ujian Nasional itu akan berakhir.

  Setelah lima menit berlalu. Suara riuh gembiran pun terdengar. Seluruh siswa yang mengikuti ujian Nasional bersorak senang karena berhasil menjalankan sebuah kegiatan yang sangat menegangkan.

  Kegiatan yang menentukan masa depan mereka. Menentukan sebuah pilihan antara bekerja atau meneruskan mencari ilmu kejenjang yang lebih tinggi.

   Tapi berbeda dengan Keenan. Ia keluar dari ruangannya dengan raut wajah yang berbeda. Seperti tidak ada kebahagian didalam hidupnya.

  Keenan hanya menatap siswa-siswi yang bersanda gurau dan berbicara tentang perasaan saat didalam ruangan.

  Keenan merasa harinya kosong saat ia menciptakan sebuah jarak bersama Gania. Tidak ada lagi canda gurauan yang keluar dari bibirnya. Entahlah, Keenan rasa, percuma banyak bicara sedangkan hatinya terasa kosong.

  Terlihat Bobby dan Rangga berlari menuruni tangga sembari membawa sebuket bunga dan berbagai macam coklat ditangannya. Dua sejoli itu sudah seperti artis papan atas yang selesai melakukan acara meet and greet bersama para fans-fansnya.

  Mereka menghampiri Keenan dan langsung menubruk tubuh Keenan dengan kuat.

"Yo!!! Kita udah merdeka!" Ucap Bobby kegirangan.

"Yoi, bro! Abis ini gue gak bakal denger teriakan nyokap gue dipagi hari pas nyuruh gue bangun," timbal Rangga.

"Bener, banget! Akhirnya gue bisa bangun siang tanpa mikirin tugas-tugaa di sekolah! Yuhuuu....."

  Keenan hanya menggeleng pelan sembari tersenyum samar tanpa menyahuti perkataan sahabat-sahabatnya. Hatinya merasa semakin berat untuk meninggalkan sekolah yang membuatnya bertemu dengan Gania.

"Foto, yuk! Foto?!" Ujar Bobby.

"Ayok!"

  Rangga mengangguk dan langsung mendekat kearah Keenan. Tanpa menunggu jawaban Keenan, Bobby langsung mengambil gambar mereka berdua dengan camera yang yang bergelantung dilehernya.

"Yah... senyum dong, Kee! Datar banget muka lo!" Ucap Bobby saat melihat hasil jebretannya. "Sekali lagi."

"Iya, iya."

  Rangga pun membenarkan posisi berdirinya sambil membawa coklat. Sedangkan Keenan memaksakan senyumnya untuk menghargai Bobby.

  Tiba-tiba saja, Keenan melihat Gania yang hendak menuruni tangga. Pandangannya mereka bertemu sesaat hingga Gania membuang padangannya menjadi menunduk menatap kakinya yang menuruni tangga.

  Keenan masih melihat Gania meski Gania tidak. Ia sangat merindukan sosok seseorang yang berhasil membuatnya merasakan kecewa.

"Permisi," ucap Gania.

  Keenan menggeser badannya untuk memberi jalan kepada Gania. Matanya masih menatap Gania dengan lekat.

  Sejujurnya, Gania juga tak ingin ini terjadi. Tapi hubungannya memang benar-benar tidak bisa kembali. Hubungan mereka sudah hancur meski tidak ada kata 'putus' yang keluar dari bibir mereka berdua.

  Baru beberapa langkah menjauh dari Keenan, Gania merasa bahwa tangannya ditarik oleh seseorang dari belakang.

  Saat ia menoleh, ia melihat Bobby menarik tangannya mendekatkannya  kearah tubuh Keenan.

  Hal itu membuat Gania menubruk bahu Keenan. Sontak membuat mereka terkejut dan Keenan dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

  Pandangan mereka kembali bertemu. Pupil mata Gania mengikuti gerakan mata Keenan.

  Beberapa detik kemudian, Gania mengerjabkan matanya saat tersadar dengan apa yang dilakukannya. Ia menjauhkan tubuhnya dari Keenan lalu mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Eh, maaf," ucapnya salah tingkah.

  Keenan hanya diam dan memandang wajah Gania. Hal itu membuat Gania sedikit risih dan salah tingkah.

"Gue fotoin kalian berdua," kata Bobby yang membuyarkan lamunan mereka.

  Gania menggeleng pelan sembari mengibaskan tangannya. "Gak, usah!"

"Gak apa-apa, kalik Ga. Ayo, buruan. Gue fotoin kalian berdua."

  Bobby hanya ingin melihat Keenan tersenyum hangat dihari yang bahagia ini. Sudah cukup baginya melihat Keenan mengurung wajahnya setelah pertengkarannya dengan Glen.

  Ia dan Rangga sudah tahu apa yang telah terjadi antara mereka bertiga. Dan doa Bobby adalah semoga mereka menemukan jalan keluarnya.

  Tiba-tiba saja, Gania merasa sebuah tangan merayap dipinggangnya. Ia melihat kesamping dan mendapati Keenan yang sedang memeluknya dari samping.

"Eh," pekik Gania yang berusaha melepaskan tangan Keenan dari pinggangnya.

  Keenan semakin mempererat pelukannya hingga tubuh Gania semakin dekat dengan dadanya.

"Gak usah dilepas. Kita foto bareng."

  Gania menatap Keenan dengan lekat. Setelah berhari-hari tidak mendengatkan suara Keenan, ia bisa mendengarkan kembali suara yang sangat-sangat ia rindukan.

"Fotoin gue," ucap Keenan pada Bobby.

  Bobby pun mengangguk dan segera memposisikan cameranya untuk mengambil gambar.

"Geser, kadal! Lo memperburuk pemandangan tahu gak!" Ujar Bobby pada Rangga.

  Rangga berdecak kesal. Tapi ia menuruti perkataan Bobby.

"Kamfret banget lo, Bob!" Serunya.

"Satu... dua... tiga..."

  Setelah itu, Gania kembali berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Keenan. Tapi sepertinya, Keenan masih tetap mempertahankan tangannya dipinggang Gania.

"Maaf. Lepasin, tangannya!" Ujar Gania.

  Keenan sedikit menundukkan kepalanya menatap Gania. Matanya seperti memancarkan rasa kerinduan yang beberapa hari ini ia urungkan.

Cup.

Satu kecupan ringan terjatuh dikening Gania. Ia membulatkan matanya saat Keenan mencium keningnya.

  Jantungnya berdegub dengan Kencang seakan seperti sehabis lari marathon. Keringat dingin tiba-tiba saja mengalir dari pelipisnya.

"Makasih."

*****

So sweet juga lo Kee, haha....

Gimana? Baper gak?

Selamat membaca
Jangan lupa vote dan comment
Bye.....

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang