Chapter-43

90.3K 4.3K 192
                                    


Jreng... Jrengg...

Semusim berlalu
Kau masih bersama ku
Bahagia...
Saat saat itu dengan mu...

Kini ku sendiri
Tak lagi bersama mu
Kau pergi...
Tinggalkan aku dalam sepi

Tak sanggup ku melupakanmu
Mungkin sampai
ku temukan seperti dirimu...

Sebelum Gania melanjutkan nyanyiannya, ia melirik kearah Keenan yang masih menatapnya dengan lekat. Dalam hatinya berdoa, semoga Keenan tersentuh oleh nyanyiannya.

Kemudian, ia memejamkan matanya. Menghayati setiap lirik yang akan dinyanyikannya.

Bayangmu tinggal puisi
Tertulis dalam diary
Selalu tersimpan disini
Semua tentang kau dan aku

Kini cintamu tlah pergi
Terbawa waktu dan hari
Sungguh tak pernah terganti
Semua tentang kau dan aku

Setelah menyanyikankan bagian Reffnya, Gania membuka kelopak matanya dan melihat bahwa Keenan tidak sendiri lagi. Disana ada Halya yang sedang memeluk bahu Keenan dengan romantis.

Tiba-tiba doanya runtuh. Lagi-lagi pemandangan yang meruntuhkan hatinya kembali sakit. Hingga tak terasa air mata turun mengalir dari pipinya.

Glen yang masih setia memandang Gania, mengikuti arah pandangannya. Emosinya tiba-tiba saja meluap saat tahu, Gania melihat Keenan yang sedang bermesraan bersama Halya.

Apa lagi, Glen melihat Gania menunduk dan meneteskan air mata. Sungguh! Pemandangan ini begitu membuatnya tidak tega. Ia harus menjelaskan semuanya pada Keenan.

Biarlah Keenan percaya atau tidak. Itu urusan belakang. Yang pasti, Gania tidak merasa bersalah lagi setelah pergi dari Indonesia. Itulah tekatnya.

Tak sanggup
Ku melupakan mu
Mungkin sampai
Ku temukan seperti dirimu....

Bayangmu tinggal puisi
Tertulis dalam diary
Selalu tersimpan disini
Semua tentang kau dan aku

Kini cintamu tlah pergi
Terbawa waktu dan hari
Sungguh tak pernah terganti
Semua tentang kau dan aku

Akhirnya, lagu persembahan Gania untuk Keenan telah selesai. Gania sempat mengucapkan terima kasih sebelum turun dari panggung.

Matanya mencari-cari keberadaan Glen ditempat yang tadi. Tapi sayangnya, batang hidung Glen pun tidak terlihat sama sekali.

Gania melirik kearah layar ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul 20:15. Berarti empat puluh lima menit lagi, ia akan berangkat kebandara.

"Nona. Tuan menyuruh saya untuk menjemput, nona."

Gania dikejutkan oleh seseorang berbadan besar dengan penampilan bagai bodyguard berdiri dihadapannya.

"Eh, iya," pekiknya tertahan lalu mengangguk. Ia tahu, orang ini adalah orang suruhan kakeknya untuk menjemputnya dari sini.

"Kita berangkat sekarang, nona?" Tanya Bodyguard itu.

Gania mengangguk. "Iya. Tapi kita pulang dulu kerumah, ada barang yang harus saya ambil."

"Baik, nona."
Bodyguard itu menepi dan mengulurkan tangannya untuk memberi jalan kepada Gania. Setelah mengangguk, Gania segera pergi dari sana tanpa menunggu Glen.

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang