Chapter-29

88.5K 4K 109
                                    


  Sayang, aku gak bisa jemput kamu di kelas, aku lagi nyatet pelajaran. Kamu bisa nyusulin aku kekelas?

  Itulah pesan yang dikirim oleh Keenan kepada Gania melalui aplikasi WAnya.

  Setelah membacanya, Gania segera mengerakkan jarinya untuk membalas pesan dari Keenan.

  Iya. Masih beresin buku, bentar.

  Sent.

  Setelah pesan terkirim, Gania memasukkan ponselnya kesaku kemeja sekolahnya dan mulai menyimpan buku-bukunya kedalam tas ranselnya.

"Gue duluan ya Ga," ujar Tyas yang sudah berdiri dari tempatnya.

"Iya. Hati-hati Yas."

  Tyas mengangguk lalu pergi keluar dari kelasnya. Tinggallah Gania seorang diri didalam karena semua siswa dikelasnya sudah pulang lima menit yang lalu.

  Tiba-tiba ponsel dikantong kemeja sekolahnya bergetar. Ia mendengus. Ini pasti Keenan. Batinnya.

"Ni anak gak bisa sabar."

  Mau tidak mau, ia pun mengambil ponselnya dan membuka kunci layarnya. Ternyata benar, Keenan yang mengirimi pesan sebagai balasan pesannya.

  Jangan lama. Nanti aku kangen😥😥

  Gania memutar bola matanya jengah. Bisa-bisanya Keenan sempat membalas pesannya dengan kata-kata yang aneh.

"Ya Allah. Kenapa bisa dapet cowok yang gini-gini amat sih?"

  Gania menggeleng samar sembari mengunci kembali layar ponselnya tanpa membalas pesan yang berisi kata-kata absrud dari pacarnya.

  Setelah memastikan tidak ada barang-barangnya yang ketinggalan, ia pun beranjak dari tempat duduknya sembari memakai tas ranselnya kepunggung.

  Namun, tiba-tiba saja Gania dikejutlah oleh seseorang yang berdiri tak jauh didepannya.

"Gania."

  Mendengar namanya dipanggil. Gania mendongakkan kepalanya keatas. Seketika matanya membulat dan bibirnya sedikit terbuka. Otomatis telapak tangannya pun menutup mulutnya yang sedikit terbuka itu.

"Glen."

    Glen tersenyum. Ia sedikit mendekatkan dirinya kehadapan Gania.

"Aku mau bicara sama kamu."

  Meski terkesan santai, namun ada penekanan disetiap kata-kata yang Glen ucapkan. Seperti sebuah perintah yang harus dilaksanakan.

  Gania terdiam sesaat. Ia menatap lekat wajah Glen yang begitu dekat padanya.

  Wajah yang hampir 3 tahun ini tidak pernah ia lihat. Wajah yang hampir 3 tahun ini membuat ia merasakan arti penderitaan.

  Sekarang, Gania bisa kembali menatap dengan lekat wajah itu. Bahkan terasa begitu dekat.

"Maaf."

  Semua lamunan Gania menghilang saat mendengar Glen mengucapkan kata 'maaf'. Ia pun membuang pandangannya kesamping.

"Maaf, Glen. Gue harus pergi. Keenan udah nungguin gue dibawah," kata Gania yang sadar atas apa yang ia lakukan. "Permisi."

  Gania melangkahkan kakinya hendak pergi meninggalkan Glen. Namun dengan cepat, Glen menahan lengan kanan Gania hingga membuatnya tak bisa pergi.

"Untuk pertama kalinya, kamu bicara memakai bahasa kasar sama aku," kata Glen. "Sebesar itukah kesalahan aku waktu dulu?" Tanya Glen yang tertahan. "Kemana panggilan kata 'mas' yang sering kamu ucapkan saat memanggilku dulu?"

  Seketika mata Gania memanas. Begitu sakit mendengar penuturan yang diucapkan Glen barusan.

  Dengan cepat, ia mengerjabkan matanya agar tidak mengeluarkan air mata. Ia pun membalikkan badannya menghadap Glen.

"Glen, gue mohon. Jauhin gue, ini demi kebaikan lo dan kebaikan gue," ucap Gania.

  Gania menggenggam kedua punggung tangan Glen dan mengangkatnya kedepan dada.

"Gak semua masalah selalu berakhir dengan happy ending. Jadi gue harap lo ngerti dengan posisi kita masing-masing."

  Glen tak berkutip. Ia masih diam mendengarkan ucapan Gania.

"Gue juga gak pengen semua berakhir kaya gini. Tapi kita bedua gak bisa ngelakuin apa-apa. Mulai sekarang, anggap aja kita gak pernah kenal. Dulu, sekarang dan nanti."

  Gania mempererat genggaman pada kedua punggung tangan Glen.

"Jangan pernah lakuin hal bodoh yang sama seperti 3 tahun yang lalu. Gue mohon."

  Setelah mengucapkan itu, Gania melepaskan genggaman tangannya dengan perlahan. Pandangannya masih menatap wajah Glen seakan-akan ia tidak bisa melihatnya lagi.

  Glen terpaku ditempat. Tubuhnya terlalu kaku untuk membalas perlakuan Gania. Bahkan, lidahnya pun tak mampu bergerak untuk membalas ucapan Gania.

"Permisi."

  Kemudian, Gania berlari keluar kelas meninggalkan Glen sendirian.





******

 

   Ponsel Keenan bergetar saat hendak menyalin catatan dibukunya. Ia pun mengambilnya karena mengambil ponselnya dan membuka layar ponselnya untuk melihat siapa yang mengirimnya pesan.

  Keenan pikir, yang membalas pesannya adalah Gania. Tapi ternyata bukan. Yang mengirimi pesan adalah nomor yang tidak dikenal dan pesannya berisi sebuah foto.

  Keenan tidak membukanya aplikasinya, ia hanya melihat dari layar atasnya.

"Gue kirain Gania."

  Keenan pun kembali mengunci layar ponselnya dan menyimpannya kembali kesaku celananya.

  Namun tiba-tiba, ponselnya kembali bergetar. Sontak membuat Keenan mengeram kesal.

"Siapa sih? Gangguk banget!" Seru Keenan.

  Mau tidak mau, Keenan kembali mengambil ponselnya dan membuka layar ponselnya.

  Lagi-lagi nomor yang tidak dikenal tadi mengirimi pesan. Namun anehnya, isi pesan yang dikirim oleh orang itu membuatnya penasaran.

Gue yakin lo bakal penasaran sama foto yang gue kirim.

  Dengan cepat, ia membuka pesan tersebut dan membacanya. Isinya pesan itu ada satu foto dan keterangannya.

 
  Betapa terkejutnya Keenan saat melihat foto tersebut adalah Gania dan Glen yang sedang berpegangan tangan tepat didepan dada mereka.

  Meski foto tersebut menampakkan Gania dari belakang, tapi Keenan yakin jika itu adalah Gania.

"Gania?"






******

Jangan lupa vote dan comment ya
Terima kasih😍
Salam jomblo😘😘😘

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang