Gadis cantik itu terus melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Tujuannya saat ini adalah ruangan kepala sekolah.Berhubung Gania sudah memiliki cukup uang untuk membayar uang bulanan yang sempat tidak terbayar. Hari ini ia berniat untuk melunaskannya.
Sudah dua minggu lebih ia mengumpulkan uang untuk membayar uang bulanan. Ia berusaha mati-matian mengumpulkan uang itu, karena jika ia tidak membayar, ia tidak akan bisa mengikuti ujian nasional yang diselenggarakan satu minggu kedepan.
Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa sekarang ia sudah hampir melewati masa-masa sekolah.
Dalam hatinya, ia masih merasa bahwa baru kemarin rasanya ia menginjakkan kaki di sekolah ini. Baru kemarin ia bertemu dan berkenalan dengan Tyas, sahabat terbaiknya.
Dalam hitungan hari kedepan, ia sudah tidak lagi berurusan dengan buku-buku. Tidak berurusan dengan para guru-guru. Dan yang paling ia pikirkan adalah berpisah dengan sahabat terbaiknya.
Setelah sampai didepan ruangan kepala sekolah, Gania pun mengetuk pintunya sebelum masuk kedalam.
"Masuk!"
Terdengar suara perintah dari dalam. Gania yakin, suara itu adalah suara kepala sekolahnya. Ibu Heni.
Tangannya mendorong sedikit pintu yang tidak tertutup itu dengan pelan. Hingga terlihat seseorang yang tak lain adalah ibu Heni sedang duduk dikursi kebesarannya.
"Permisi buk," ucap Gania sopan.
"Gania," kata Ibu Heni yang sepertinya terkejut dengan kedatangan muridnya. "Duduk dulu."Gania mengangguk lalu duduk dikursi yang berhadapan dengan ibu Heni.
"Maaf, ya. Meja ibu lagi berantakan, biasalah hehe..." kata ibu Heni dengan kekehannya.
Gania memangut-mangut paham seraya melemparkan senyuman hangat.
"Ada apa Gania?" Tanya ibu Heni akhirnya.
"Ini, buk. Saya mau bayar uang bulanan yang belum lunas." Gania memberikan 4 lembar kertas rupiah berwarna merah kepada buk Heni. "Maaf, buk. Saya baru bisa lunaskan sekarang."
"Oh, uang bulanan. Tunggu sebentar," ucap ibu Heni.
Ibu Heni pun beranjak dari tempat duduknya menuju lemari yang berada didekatnya.
Tangannya memilah-milah buku yang ada disana. Beberapa saat kemudian, ia mendapatkan buku yang ia cari dan kembali kekursi kekuasaannya.
"Kalau gak salah kemarin ada yang bayarin uang bulanan kamu," kata ibu Heni sembari membuka lembaran demi lembaran buku yang diambilnya.
Kening Gania mengerut. Bayarin uang bulanan? Siapa? Batinnya."Kalau gak salah namanya itu, hem..." ibu Heni menahan ucapannya dan masih mencari-cari nama Gania dilembaran buku itu.
"Ah! Ini dia," seru ibu Heni. "Yang bayarin uang bulanan kamu minggu lalu itu siswa disini juga. Namanya Glen Geffrich Kusuma."
Mata Gania membulat. Glen membayar uang bulanannya?
"Beneran Glen yang bayarin uang bulanan saya buk?"
Ibu Heni mengangguk seraya menutup bukunya. "Iya. Dia bilang itu sudah menjadi tanggung jawabnya untuk membayar uang bulanan kamu."
Gania semakin kebingungan. Untuk apa Glen membayar uang bulanannya? Apa jangan-jangan Glen bermaksud jahat kepadanya?
Tidak! Tidak! Jangan sampai kejadian dulu terjadi lagi. Jangan sampai terjadi lagi!.
"Ada masalah, Gania?" Tanya ibu Heni saat melihat respon negativ dari Gania.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]
Novela JuvenilKepindahannya kesekolah milik ayahnya sendiri membuat Keenan tak sengaja bertemu dengan siswi bersuara merdu disana. Kejadian itu membuat Keenan sangat penasaran dengan siswi itu. Awalnya hanya ingin mengetahui namanya yaitu Gania. Setelah mengetahu...