Chapter-2

187K 9.1K 78
                                    


Karena masalah uang bulanan yang belum terbayar, rasa lapar yang menghantui perutnya pun langsung hilang seketika.

Seolah-olah, rasa lapar diperutnya itu mengerti dengan kondisinya saat ini.

Gania melangkahkan kakinya pelan sembari memikirkan cara apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan uang.

Jika ia memberitahukan kepada Ibunya, sudah pasti Ibunya akan mencari pinjaman.

Gania tidak mau jika sampai itu terjadi. Sudah cukup banyak hutang Ibunya kepada para tetangga.

Dan kalau ia mencari pekerjaan, sudah pasti Ibunya tidak akan mengijinkannya.

Kepalanya sedikit pusing memikirkan hal itu. Untuk kembali kekelas pun sepertinya tidak mungkin.

Karena jarak dari tempatnya berdiri menuju kelas cukup jauh dan harus menaiki tangga. Dan waktu istirahat pun masih cukup lama untuk menghabiskan dikelas.

Pandangannya terjatuh pada ruangan yang bertulis 'ruangan musik'. Otaknya mendapatkan ide untuk masuk kedalam dari pada kembali kekelas.

"Nyanyi aja deh mendingan."

Gania mendekat keruangan itu dan membuka pintunya secara perlahan. Ia melirik sejenak untuk memastikan tidak ada seorang pun yang ada disana.

Ternyata keberuntungan sedang berpihak padanya. Di ruangan itu sangat sepi. Hanya ada dirinya seorang.

Gania segera masuk kedalam dan tak lupa kembali menutup pintunya namun tidak terlalu rapat.

Kakinya melangkah mendekat kearah gitar akustik yang berteger rapi di tempatnya. Ia mengambil gitar tersebut lalu duduk dikursi yang berhadapan dengan dinding. Otomatis membelakangi pintu.

Setelah merasa pas dengan posisi duduknya, ia mulai menekan setiap senar gitar dan menggeseknya hingga menimbulkan suara yang indah.

Badai tuan
Telah berlalu...
Salahkah ku menuntut mesra...
Hingga pagi menjelang
Kau disampingku...
Ku nyaman ada bersamamu...

Selamanya....
Sampai kita tua
Sampai jadi debu

Ku diliang yang satu...
Ku disebelahmu...

Gania begitu menghayati lagu dari band indie 'banda neira' yang berjudul 'sampai jadi debu' itu.

Inilah kebiasaannya jika sedang bersedih atau sedang memikirkan sesuatu masalah. Ia sering meluapkannya diruangan ini sambil bernyanyi lagu kesukaannya yang bisa dinyanyikan.

Hal sekecil inilah yang mampu membuatnya sedikit tenang dengan masalah yang sedang dihadapinya.

Saking menghayati lagunya, ia sampai-sampai tidak sadar bahwa ada seseorang yang sedang berdiri tepat dibelakangnya menikmati lagu yang dinyanyikannya.

Saat Gania hendak melanjutkan lagunya, ia mendengar suara benda jatuh dan ia menoleh kebelakang.

"Siapa?"


*****




"Alah, itu mah alasan doang. Jangan dipercaya!" Seru Keenan. "Cewek kayak Halya itu gak cocok dipacarin."

"Cocoknya diapain kalau gak dipacarin?" Tanya Glen.

"Cocoknya jadi pembantu di rumah. Haha..."

Keenan tertawa terbahak-bahak menjawab pertanyaan Glen.

Rangga dan Bobby pun ikut tertawa karena merasa lucu dengan jawaban Keenan.

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang