Chapter-22

103K 4.6K 49
                                    


Sejak kejadian dimana Keenan berhasil mengobrak-abrikkan perasaan Gania. Sejak itu pula, Gania mulai menerima keberadaan Keenan disetiap harinya. Ya, meski kadang ada Glen yang sepertinya tidak suka dengan itu.

Gania selalu menghindar setiap Glen merasa ada kesempatan untuk berbicara dengannya. Entah apa yang membuatnya menghindar. Tapi yang pasti, Gania tidak ingin ada permasalahan apa pun yang bersangkutan dengan Glen atau pun orang lain.

Sore ini, Keenan sengaja mengajak Gania jalan-jalan untuk menghabiskan waktu senja dengan bermain ditaman ibu kota.

Tangan kanannya terus menggenggam punggung tangan Gania. Sedangkan yang kiri memegang skateboard kesayangannya.

"Rame banget ya?"

Keenan menoleh dan tersenyum manis kearah Gania.

"Namanya juga taman. Kalau gak mau rame, di kuburan aja. Haha..."

Gania memutar bola matanya jengah. Bibirnya pun mengerucut kedepan karena kesal dengan ucapan Keenan.

"Gak lucu!"

Keenan terkekeh. Ia pun kembali memfokuskan pandangannya untuk mencari bangku yang kosong.

Dan untungnya, ada sebuah bangku yang kosong dekat dengan tempat khusus bermain skateboard.

"Kita duduk disana ya?" Keenan menunjuk bangku itu dengan tangan kirinya yang sedang memegang skateboard.

Gania melihat bangku itu. Bukan, bukan. Ia melihat keadaan sekitar bangku itu.

"Emang gak ada ya, bangku ditepi-tepi gitu?" Tanya Gania.

"Kayaknya gak ada deh," jawab Keenan sembari melihat kesana kemari untuk memastikan tidak ada bangku kosong.

Gani menghela nafas. Memang benar sudah tidak ada lagi bangku yang kosong. Cuma ada ditengah-tengah.

"Yah...."

"Kenapa memangnya kalau kita duduk ditengah-tengah? Malah bagus kalik, biar mereka tahu kalau kita lagi pacaran. Hehe..." kata Keenan seraya menaik turunkan alisnya.

Gania membulatkan matanya dan langsung memukul bahu Keenan dengan tangannya yang bebas dari genggaman Keenan.

"Aw! Sakit sayang!" Seru Keenan.

"Sembarangan kalau ngomong!" Seru Gania. "Jangan suka bercanda deh."

"Idih, siapa yang lagi bercanda? Emang benerkan kita pacaran?"

Wajah Gania langsung terasa panas. Ia yakin, pipinya sekarang pasti sudah memerah.

Keenan tersenyum jahil. Ia pun menghadapkan wajahnya tepat dihadapan Gania.

"Cie... bulshing." Keenan mencolek pipi Gania setelah melepaskan genggaman tangannya dari punggung tangan Gania. "Suka deh, lihat kamu bulshing gini."

Gania membuang pandangannya kearah lain. Bukannya kesal atau marah, tapi karena malu atas ucapan Keenan.

"Udah, ah. Malu Keenan."

Keenan masih tidak menghiraukan ucapan Gania. Bahkan sekarang ia sedikit menunduk untuk melihat wajah Gania dengan lekat.

"Ngapain harus malu? Kamu makin cantik tahu kalau pipinya lagi memeerah gitu," kata Keenan.

Gania mendongakkan kepalanya. Pupil mata mereka saling bertemu. Jarak wajah mereka pun sangat dekat. Bahkan hembusan nafas Keenan sangat terasa dikulit wajah Gania.

"Apa lagi kamu bulshing gara-gara aku." Lanjut Keenan dengan mengelus puncak kepala Gania dengan lembut.

"Jangan tunjukin ini sama cowok lain ya?"

Dahi Gania mengerut. "Kenapa?"

"Karena kalau kamu lihatin ini sama cowok lain, aku yakin mereka akan jatuh cinta sama kamu."

Lagi-lagi Keenan melambungkan perasaan Gania hingga kelangit. Ia hanya bisa menunduk sembari menyembunyikan senyum simpulnya karena malu atas ucapan Keenan.

Anggaplah, Gania ini lebay. Tapi memang faktanyakan? Cewek mana yang gak kelepek-kelepek kalau dirayu dengan ucapan manis seperti yang Keenan ucapankan tadi?

"Jangan bercanda deh Kee," ucap Gania untuk menetralkan rasa malunya.

Keenan tersenyum. Ternyata, pacarnya ini, eh ralat, calon pacarnya, eh ralat lagi, calon masa depannya kelak ini sedang mengalami perasaan baper. Hehe...

"Udah dibilangin aku gak lagi bercanda. Kok bandel sih?" Ucap Keenan. "Yaudah, yuk. Kita duduk."

Keenan kembali menggenggam punggung tangan Gania dan menariknya menuju bangku yang kosong. Mau tidak mau pun, Gania mengikuti dari belakang.

Setelah berada dibangku tersebut, Gania langsung dipersilakan Keenan duduk. Tanpa bantahan, Gania mengangguk dan mengikuti arahan Keenan. Seperti anak kecil bukan? Haha...

"Kamu duduk disini dulu ya? Aku mau main skateboard bentar," ucap Keenan.

Entah sejak kapan Keenan mulai menggunakan bahasa aku-kamu.

"Jadi aku diajak kesini cuma nungguin kamu main skateboard?" Gania menghembuskan nafasnya berat.

Siapa yang tidak kesal jika diajak berpergian hanya untuk menunggu? Apa lagi sekarang. Dengan keadaan sekitar yang sedang ramai-ramainya pengunjung, ia harus duduk sendiri sembari menunggu? Ah, Gania tidak suka itu.

"Yah... gimana dong? Aku lagi pengen main skateboard." Keenan menimang-nimang ucapan Gania. Jahat juga sih ngebiarin Gania sendirian disini. Apa lagi banyak mata cowok yang sepertinya tertarik pada Gania.

Sialan. Batinnya.

"Yaudah, kamu ikut aku main aja," putus Keenan.

Gania menggeleng keras. Ia tidak bisa bermain skateboard. Bagaimana caranya bisa bermain bersama?

"Aku gak bisa main skateboard Keenan! Jangan aneh-aneh deh," seru Gania.

"Ck! Mainnyakan sama aku. Nanti aku ajarin," balas Keenan. "Ayo, buruan."

Tanpa menunggu persetujuan Gania, Keenan langsung menarik tangan Gania menuju tempat bermain skateboard.

Lagi-lagi, Gania hanya bisa pasrah.










*******

Wah, Keenan suka banget maksa ya?
Mau nanya dong, kalian suka dari Keenan itu apanya sih?
Terus sama Gania apanya?

Terima kasih

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang