Bastian mengenggam erat tangan Nathalie seakan takut Nathalie akan hilang dibawa penculik. Sedangkan Nathalie hanya mengikuti kemana Bastian mengajaknya berjalan dengan bibir yang mengerucut.
"Jangan monyong-monyong gitu. Jelek."
Nathalie mendengus kesal mendengar ucapan Bastian. "Bagus lah kalo jelek. Kan kalo terlalu cantik capek ngeladenin fans."
Bastian menghentikan langkahnya lalu menatap Nathalie dengan mata yang memicing. Yang ditatap hanya membuang pandangannya acuh.
"Bagus ya sekarang udah berani ngomong kayak gitu."
"Emangnya salah? Kan aku ngomong kenyataan."
Bastian memutar bola matanya malas. "Terserah." Ia kembali menarik tangan Nathalie menuju rooftop sekolah.
"Kamu ngapain bawa aku kesini? Nggak berniat yang macem-macem,'kan?" tanya Nathalie memicingkan mata.
Bastian menyentil dahi gadis itu hingga Nathalie meringis memegangi jidatnya. "Sembarangan aja kalo ngomong."
Nathalie mendengus lalu melangkahkan kakinya menuju pinggiran rooftop.
"Nat jangan berdiri di pinggiran, nanti jatoh!"
Nathalie tak menggubris peringatan Bastian. Ia merentangkan tangannya merasakan angin yang menerpa wajahnya. Beban Nathalie seakan hilang terbawa oleh angin untuk sementara. Nathalie tersenyum sambil memejamkan mata.
Tuhan, terimakasih atas segala nikmat yang Kau berikan. Terimakasih karena masih mengizinkan manusia fana sepertiku merasakan betapa agungnya dunia yang Kau ciptakan. Jika boleh aku memohon, tolong jangan ambil nyawaku terlebih dahulu. Aku masih ingin bahagia bersama orang-orang yang ku sayang.
Tuhan, lihatlah lelaki ini. Lelaki ini adalah lelaki yang kembali menerangkan gelapnya hatiku. Izinkan aku untuk berjuang mempertahankan cinta ini, sampai Engkau menetapkan titik pada perjuanganku. Jagalah dia, untukku.
Bastian memandangi gadis itu sambil tersenyum. Sungguh, Bastian tidak pernah merasa sebahagia ini memiliki gadis seperti Nathalie. Baginya, hanya Nathalie lah prioritas hidupnya setelah kedua orangtuanya. Baginya, Nathalie adalah gadis yang patut untuk dibahagiakan. Tak boleh ada satupun orang yang merusak senyum yang selalu meneduhkan hatinya itu.
Dalam fananya dunia-Mu, aku memohon. Jagalah gadis ini untukku, selamanya. Bahagiakanlah hidupnya seperti ia membahagiakan hidupku. Lindungilah dia seperti Engkau selalu melindungiku. Tuhan, hanya dialah gadis yang ku inginkan.
Nathalie dan Bastian tak tau bahwa mereka sama-sama saling memohon untuk hal yang sama.
Bastian berjalan mendekati Nathalie dan memeluk pinggang gadis itu dari belakang. Ia meletakkan kepalanya di bahu gadis itu, sama-sama merasakan hembusan angin yang menerpa.
Nathalie tersenyum. Ia mengelus punggung tangan Bastian yang berada di perutnya.
"Tuhan itu luar biasa ya. Di dunia yang seluas ini, Dia bisa mempertemukan aku sama kamu."
Bastian tersenyum dan mengeratkan pelukannya. "Tuhan itu emang adil, Nat. Dia tau aku butuh seseorang seperti kamu. Makanya dia ngirim kamu untuk aku. Jangan pergi ya, Nat. Jangan sampe kamu ngeredupin cahaya yang udah kembali bersinar."
Senyum di wajah Nathalie seketika pudar mendengar kalimat terakhir yang keluar dari bibir lelaki itu. Wajah Nathalie berubah pias.
Aku takut nggak bisa ngelakuin itu, Bas. Aku takut kamu kecewa kalau suatu saat harapan kamu nggak terwujud. Karena sekarang, aku cuma punya dua jalan. Sembuh, atau pulang. Dan entah takdir yang mana yang akan Tuhan berikan untuk aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Teen FictionCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...