[21] One key opened

2.4K 101 0
                                    

"Can we talk?"

Nathalie tak menjawab melainkan balas tersenyum dan mengangguk.

"Bas, kalo mau minum, minta Bi Imah aja, ya."

Bastian mengangguk dan berjalan menuju kulkas. "Sendiri juga bisa."

Nathalie menghela napasnya dan menatap cowok di hadapannya. "Di halaman belakang?"

Cowok itu tak menjawab dan langsung melangkahkan kakinya menuju halaman belakang, seperti ucapan Nathalie.

Nathalie meneguk salivanya. Ia lalu berjalan mengikuti cowok itu. Tangannya mengepal tanpa ia sadari.

Langkah mereka terhenti tepat di depan gazebo. Cowok itu menghadapkan dirinya pada Nathalie, melipat tangannya di bawah dada dan menatap Nathalie dengan raut wajah datar.

"Apa yang mau kakak bicarain?" Tanya Nathalie to the point.

Sejujurnya, Nathalie merasa gugup berhadapan dengan Kharel saat ini. Apalagi setelah kejadian kemarin sore. Sejak sore itu, Nathalie sama sekali tidak berbicara dengan Kharel. Saat mereka makan bersama pun, Kharel hanya menatap Nathalie dengan raut wajah tak terbaca membuat Nathalie harus mati matian menahan kegugupannya. Tak ada satupun kata yang keluar dari Kharel maupun Nathalie sejak sore itu.

"Kemarin kamu kenapa?"

Pertanyaan pertama Kharel sudah cukup membuat Nathalie gugup setengah mati. Nathalie sudah yakin betul kakaknya pasti akan menanyakan perihal ini.

Nathalie berdehem. "Nggak apa. Kemarin aku lagi dapet. Jadi sakit perut."

"Kakak nggak pernah ngeliat kamu sampe kayak gitu cuma gara-gara sakit perut."

"Kemarin bener bener sakit, kak."

Kharel menaikkan satu alisnya. "Sampe kamu demam?"

Nathalie mengigit bibir bawahnya. Ia menunduk enggan menatap Kharel.

"Kamu lagi ngomong sama kakak. Bukan sama lantai."

Nathalie mendengus dan langsung mengangkat kepalanya menatap manik mata Kharel. "Kakak nggak jelas."

Nathalie berbalik ingin meninggalkan Kharel. Kharel tersenyum miring.

"Terus kenapa kemarin kakak nemuin obat di kamar kamu? Sejak kapan kamu konsumsi obat kalo lagi dapet?"

Deg.

Ucapan Kharel berhasil membuat langkah Nathalie terhenti. Ia berbalik menatap Kharel.

"Maksud kakak?"

Kharel berdiri tepat di hadapan Nathalie. Memberikan tatapan tajamnya membuat cewek itu sedikit menciut. "Nggak usah pura-pura nggak ngerti."

"Cause i don't understand tho."

Kharel tersenyum miring. Ditunjukkannya amplop yang sempat ia ambil dari kotak yang ditemuinya kemarin ke depan wajah Nathalie. Cewek itu sukses membeku melihat surat yang selama ini menjadi rahasia besarnya kini berada di tangan Kharel.

"Sejak kapan kamu berurusan sama rumah sakit? Sejak kapan kamu nyembunyiin ini semua?"

"Dari mana kakak dapetin surat itu?"

"Jawab pertanyaan kakak."

Nathalie menggeleng. "Siniin amplopnya!" Ujarnya hendak mengambil amplop itu dari genggaman Kharel yang langsung dijauhi oleh Kharel.

"Gimana kalo mama sama papa tau soal surat ini?"

Mata Nathalie sukses melebar. Dirinya terkejut sekaligus marah. Bagaimana bisa Kharel menemukan surat yang sudah ia simpan baik-baik? Apa Kharel sudah membaca isinya? Apa Kharel sudah mengetahui tentang penyakit yang kembali bersarang di tubuh Nathalie?Lantas Nathalie harus menjawab apa? Apa yang harus Nathalie lakukan jika rahasia terbesarnya sudah terbongkar seperti ini?

Piece of Heart [Why?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang