"Seru banget Nat, disini. Coba ada lo. Pasti bakalan seru banget keliling-keliling pantai."
"Bilang aja lo pengen ada Kharel disana."
"Nggak. Siapa bilang. Kakak lo tuh, ya, nyebelin banget. Dari kemaren ngirimin foto pemandangan Marseille terus. Bikin gue envy tau gak."
Nathalie terkekeh, melihat wajah cemberut Sheila di dalam layar macbooknya. Saat ini, dirinya sedang melakukan panggilan video dengan Sheila yang sedang berada di Bali untuk perayaan natalnya.
"Ya lo susul dong kakak gue. Bales pamerin pemandangan disana."
Sheila menggeleng. "Kharel udah bosen kali, liat pemandangan disini. Lagian ya, gue nggak mungkin nyusul lo kesana. Jauh, mana lagi natalan juga. Kan nggak mungkin."
"Ye yaudah. Kalo gitu terima aja dia bikin lo jealous sama pemandangan disini."
"Ck. Nggak kakak, nggak adek, sama aja."
Nathalie kembali terkekeh.
"Nggak usah ketawa lo. Gue getok pake palu thor nih."
"Galak amat. Sheil, udah dulu, ya. Gue mau mandi."
"Pantesan daritadi ada bau-bau menyan. Ternyata lo belom mandi."
Bibir Nathalie mengerucut. "Sembarangan. Gue wangi gini, dibilang bau menyan."
"Udah sana mandi. Gatel idung gue nyium bau lo."
"Ye somplak. Yaudah, see you Sheil. Merry christmas!"
"Merry christmas!"
Klik
Panggilan video itu berakhir. Nathalie membalikkan posisi tidurnya menjadi telentang. Sebenarnya, ia sudah mandi. Itu hanya alibi agar ia bisa mengakhiri panggilan videonya bersama Sheila, karena kepalanya tiba-tiba saja terasa pusing.
Natal? Selang dua hari lagi hari itu akan tiba. Rasanya, sedikit hampa tidak merayakannya bersama keluarga. Biasanya, keluarganya akan bergantian untuk mengajaknya ke London dan Perancis untuk merayakan natal bersama oma dan opanya. Jika di london, mereka akan menikmati atraksi di Winter Wonderland atau bermain salju di sekitar Big Ben. Jika di Perancis, maka mereka akan merayakan natal di sekitar catedral. Huh, sayangnya untuk natal tahun ini, ia sedang tak ingin merayakannya bersama mereka.
Nathalie meraih tissue dari nakas saat merasa ada cairan kental menetes dari hidungnya. Oh jangan tanyakan lagi pada Nathalie. Beberapa hari belakangan ini, cewek itu sering sekali mimisan. Sampai rasanya, darah di tubuhnya seperti tak ingin berhenti untuk keluar.
Sakitkah? Jangan tanyakan. Bahkan ia sendiri tak bisa mendeskripsikan seperti apa rasa sakit yang di deritanya.
Lelahkah? Tentu. Sangat. Ia sangat sangat lelah menghadapi penyakitnya. Terkadang Nathalie berpikir, untuk apalagi dia hidup jika hanya untuk terus merasa sakit. Tetapi disaat itu juga ia sadar, Tuhan sudah berbaik hati telah memberinya kesempatan hidup sampai saat ini. Tuhan pernah berbaik hati menyembuhkan dan mengembalikan kesehatannya dulu.
Marahkah ia? Tidak. Nathalie tidak marah sama sekali. Karena ia tau, semenyebalkan apapun rasa sakit yang ia rasakan, semarah apapun ia atas rasa sakitnya, itu tidak akan pernah mengubah apapun.
Sedih? Kecewa? Tentu saja. Sedih karena ia harus kembali merepotkan orang lain seperti ini. Kecewa karena hidupnya tak bisa membahagiakan orang yang disayangnya.
Lantas, menyesalkah ia atas apa yang sudah ditakdirkan untuknya? Jawabannya adalah tidak. Nathalie tidak pernah sedikitpun menyesali apa yang sudah Tuhan gariskan untuknya. Ia tau, pasti Tuhan memiliki rencana indah setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Подростковая литератураCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...