24 Desember.
Hah. Besok hari natal, dan sekarang salju lebat sudah mulai turun menutupi wilayah Eropa, membuat cuaca disini terasa begitu dingin, namun mengesankan hari natal disaat yang bersamaan. Salju-salju itu menutupi berbagai bagunan, jalan, dan juga pohon-pohon yang berjajar sepanjang jalan. Namun hal itu tidak membuat beberapa orang berhenti menikmati hari menuju perayaan natal. Setidaknya, beberapa dari mereka terlihat sangat menikmati salju yang turun dengan bermain ice skating, membuat boneka salju, atau sekedar berjalan menikmati musim dingin disini.
Banyak orang berbondong-bondong untuk mempersiapkan segala keperluan natal atau mungkin, beberapa dari mereka sudah mulai merayakannya dengan berkumpul bersama keluarga besarnya. Dinner, menyanyikan lagu natal, bermain di bawah salju, menyiapkan bingkisan, membuat kue natal, atau hidangan lainnya yang berhubungan dengan hari natal.
Banyak pusat-pusat kota yang membuat berbagai atraksi untuk merayakan datangnya hari natal. Pohon natal terlihat hampir di setiap pusat perbelanjaan, ataupun pusat hiburan lainnya. Sebagian gereja juga sudah dipenuhi oleh mereka yang dengan khusyuk berdo'a, memohon pada Tuhan sambil menunggu datangnya hari natal yang tinggal menghitung jam.
Salah satunya adalah Nathalie. Daripada ikut menghias pohon natal bersama yang lainnya di rumah, cewek itu lebih memilih untuk menggunakan waktunya di gereja. Nathalie sengaja memilih gereja yang tidak terlalu ramai di sudut kota. Hanya ada tiga pasang suami-istri, dua orang lelaki yang duduk berjauhan, dan satu wanita paruh baya yang terlihat menunduk dengan dahi yang ditempelkan pada kepalan tangannya.
Kening Nathalie berkerut bingung. Wanita itu terlihat seperti sedang bersedih. Bahunya bergerak naik turun terlihat seperti sedang menangis. Nathalie menghampiri wanita yang duduk berjarak dua bangku darinya.
"Excusez-moi. Pourquoi pleures-tu?"
Wanita paruh baya itu mengangkat kepalanya, mengusap air matanya, dan tersenyum pada Nathalie. "Sorry, i can't speak French."
Nathalie tersenyum dan duduk di samping wanita itu. "Sorry before, i'm Nathalie." Ujarnya menjulurkan tangannya pada wanita itu.
Wanita itu membalas jabatan tangan Nathalie. Nathalie langsung mencium punggung tangan wanita itu. "I'm Glodia."
"What's going on, mam? Why are you crying?"
Glodia tersenyum tipis. Air mata itu kembali tumpah melintasi wajahnya yang mulai berkeriput. "Nothing. I just miss my daughter."
Kening Nathalie lagi-lagi berkerut. "So why don't you meet her?"
"She's die. I lost my daughter last week."
Mata Nathalie membulat sempurna. "I-i'm sorry, mam. I don't mean to-"
"It's okay, dear." Wanita itu mengusap air matanya. "I just miss my daughter. I miss spending my time every christmas with her."
"Are you-"
Belum sempat Nathalie menyelesaikan ucapannya, dering ponselnya tiba-tiba berbunyi. Nathalie tersenyum meminta maaf dan mengambil ponselnya dari saku mantel.
My dear Kharel
"Sorry, mam. I have to answer the phone."
Wanita itu tersenyum lalu mengangguk.
Nathalie menggeser sedikit tubuhnya, lalu menjawab panggilan dari Kharel.
"Halo."
"Kamu dimana?"
"Di gereja, kak. Kenapa?"
"Gereja mana? Gereja banyak disini."
"Kepo banget. Kenapa emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Teen FictionCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...