Seminggu berlalu begitu cepat. Hari ini adalah hari sabtu. Beberapa siswa siswi sekolah menengah atas di Jakarta berbodong-bondong memenuhi lapangan basket indoor SMA Prawita. Mereka semua terlihat sangat antusias untuk menyaksikan tournament basket yang diadakan oleh tuan rumah.
Banyak SMA di Jakarta yang mengirim tim unggulannya untuk mengikuti ajang kompetisi ini. Mereka berlomba-lomba memperebutkan gelar kemenangan dengan membawa nama baik sekolahnya. Termasuk SMA Nusa Garuda.
Nusa Garuda tidak pernah absen mengikuti kompetisi yang diadakan oleh SMA Prawita, begitupun sebaliknya. Sebagian sekolah lain sudah hafal akan persaingan sengit antar kedua sekolah itu. Baik dalam bidang akademik maupun non akademik, kedua sekolah ini selalu berlomba-lomba untuk memimpin atas prestasi tersebut. Tidak ada yang mau mengalah antar dua sekolah itu. Jika SMA Prawita kalah dalam satu bidang dari Nusa Garuda, maka mereka akan dengan keras mengejar ketertinggalan itu. Begitupun sebaliknya.
Seperti saat ini. Tim basket SMA Nusa Garuda sedang berdiri di tribun pemain lapangan basket indoor SMA Prawita setelah mengganti baju mereka dengan jersey basket, dengan saling memberikan tatapan sinis pada SMA Prawita yang berada tak jauh dari mereka.
"Si Rega mukanya minta di timpuk tai kebo. Sumpah."
"Sok kecakepan banget lagi, senyum senyum kayak pantat dugong."
Bastian tersenyum tipis mendengar ucapan Dava dan Davi.
"Santai aja guys. Kita harus fokus buat menangin tournament ini lagi." Ujar Marc.
"Paling males gue kalo saingan ama Prawita. Mainnya licik." Ujar Grey, salah satu pemain tim basket di Nusa Garuda.
"Semoga aja timnya si Rega nggak main curang lagi. Bosen gue bolak-balik cedera gara-gara itu kampret." Ujar Jason.
"Kayaknya sih itu kaga bakalan mungkin. Lo tau sendiri'kan, main kasar itu udah jadi ciri khas mereka." Sahut Raya.
"Oke semua, kita briefing."
Mereka menyudahi kegiatan mengobrolnya dan berkumpul di hadapan pak Herry.
Pria itu memberi arahan serta beberapa strategi untuk membantu mereka menghadapi SMA Prawita. Mereka semua sudah hafal betul bagaimana rusuhnya SMA Prawita saat bermain.
"Jadi saya minta kalian harus tetap hati-hati. Jangan lengah, jangan mudah terpancing emosi. Kita harus fokus untuk untuk masuk ke babak final."
Mereka mengangguk mengerti.
Setelah itu, mereka mengambil posisi duduk di tribun khusus para pemain tim, menunggu pembukaan acara.
"HALO SEMUANYA!" Sapa seorang cewek dan cowok yang berdiri di tengah lapangan, yang bertugas sebagai pembawa acara.
Mereka semua bersorak menjawab.
"Wah rame banget nih ya. Kayaknya pada antusias banget buat nonton pertandingannya." Ujar si cewek pembawa acara.
"Waduh iya dong. Gimana nggak antusias? Kan mereka semua disini bakalan nunjukkin kemampuan tim masing-masing sekolah."
Terdengar suara sorakan ramai memenuhi lapangan.
"Aduh gila nih ya. Kalo kayak gini, mending kita langsung mulai aja acaranya. Gimana? Setuju gak?"
Pentonton berteriak menyetujui.
"Sebagai pembuka, kita saksiin dulu nih masing-masing tim cheerleader sekolah kalian."
"Bener banget. Buat pemain basket cowok, ada yang seger-seger nih sebelum tanding."
Suara tawa menggema memenuhi seisi ruangan.
"Yaudah deh nggak usah basa-basi. Langsung aja, kita sambut, The Bloom's dari SMA Prawita versus Blanca's dari Nusa Garuda!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Teen FictionCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...