"Kak, naik sepeda, yuk." Rengek Nathalie sambil bergelayut manja di lengan Athala yang sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.
"Jangan, dek. Nanti kamu kecapekan."
Nathalie memanyunkan bibirnya. "Kalo nggak capek bukan sepedahan namanya."
"Terserah kamu aja." Ujar Athala tanpa mengalihkan fokusnya.
Nathalie menghela napas panjang dan bersandar pada sofa. "Bosen banget, kak. Ini itu nggak boleh. Kegiatan aku terbatas banget sekarang." Keluhnya pelan sambil memainkan jari tangannya.
Athala yang mendengar keluhan Nathalie menjadi tak enak hati. Ia tau, kegiatan Nathalie sekarang memang serba dibatasi. Tidak boleh ada kegiatan yang terlalu melelahkan. Begitu bangun tidur, adiknya itu harus langsung mandi dan sarapan, kemudian berangkat ke sekolah. Di sekolah pun ia sudah dilarang untuk ikut dalam kegiatan ekstrakulikular. Sepulang sekolah, cewek itu harus makan terlebih dahulu, baru kemudian bersitirahat. Sesekali ia bersantai dengan Bastian yang belakangan ini memang sering bermain ke rumah. Malamnya, Nathalie hanya boleh mengerjakan tugas lalu tidur sebelum pukul sembilan malam. Tak lupa, jadwal minum obatnya pun harus teratur dan tak boleh terlewat semenit pun. Ù hari ia selalu dijadwalkan seperti itu. Kegiatannya selalu dikontrol oleh Devano dan Talita.
Athala kemudian menutup laptopnya dan meletakkannya dimeja. Ia memandang Nathalie yang masih setia memainkan jarinya. Tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala cewek itu. "Mau sepedahan?"
Nathalie mengangguk lesu.
Athala menghela napas lalu bangkit. Ia mengulurkan tangannya kepada Nathalie, membuat cewek itu menatapnya bingung. "Ayo sepedahan."
Nathalie langsung mengakkan tubuhnya. "Beneran?" Ujarnya antusias.
Athala tersenyum dan mengangguk.
"YES!"
Nathalie menepis tangan Athala. Cewek itu berdiri diatas sofa dan naik ke punggung Athala. Athala langsung menahan tubuh Nathalie. "Ayo kita sepedahan!"
Athala terkekeh sembari menggelengkan kepala. "Let's go!"
Athala membawa Nathalie ke garasi setelah mengambil sepasang sneakers untuk dirinya dan Nathalie. Cewek itu didudukkan di atas kursi panjang yang terletak di dalam garasi sepeda.
"Nah, pake sepatu dulu." Athala berjongkok dan mengganti sandal berbulu yang dikenakan oleh Nathalie dengan sepatu sneakers berwarna putih-biru, sama dengan sneakers yang ia gunakan.
Nathalie hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Athala. Bibirnya mengukir senyum tipis. Ia sangat mencintai Tuhan-nya. Tuhan-Nya telah begitu baik karena menghadirkan tiga superhero untuknya. Athala, Kharel, dan Marcielo. Tak ada yang tak pantas Nathalie syukuri pada hidupnya. Ia bisa dibilang cukup beruntung. Hidup diantara keluarga yang begitu tulus menyayanginya, diberi kesempatan hidup sampai saat ini padahal apa yang dideritanya saat ini tidak bisa dibilang baik untuk bertahan, diberi rasa sabar yang begitu besar untuk menghadapi segala rintangannya, dan masih banyak lagi hal yang sangat patut untuk Nathalie syukuri selama ini. Ia tak akan pernah berhenti mencintai Tuhan dan ciptaan terbaik baginya.
Begitu tali sepatu Nathalie sudah terikat sempurna, Athala dan Nathalie langsung menggoes sepeda gunung milik mereka masing-masing.
Huh, Nathalie rindu ini. Sudah lama sekali ia tidak berkeliling sekitar perumahan dengan sepedanya seperti ini. Ia bahkan tak menyangka sepedanya masih terawat dengan baik disini. Padahal, Nathalie hampir tidak pernah memakainya sejak dirinya pindah ke Perancis.
Athala memimpin arah goes. Dirinya menggoes sepeda hitamnya melewati taman sekitar komplek yang begitu ramai karena hari sudah menunjukkan pukul empat sore, kemudian melanjutkan kayuhan sepadanya menuju sebuah danau di belakang bangunan gedung yang tak terpakai. Ia berhenti mengayuh sepedanya yang otomatis juga diikuti oleh Nathalie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Teen FictionCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...