[26] Bastian : Aku ini siapa kamu?

2.5K 111 2
                                    

Sore ini, Kharel menepati ucapannya untuk menjemput Nathalie. Cowok itu terlihat sudah rapih dengan balutan kaos biru dongker dan ripped jeans hitam serta sneakers putih.

Demi Tuhan, dia terlihat sangat keren dengan pakaian itu.

Kharel mengambil ponselnya dan mendial nomor yang Nathalie gunakan untuk menghubunginya kemarin. Namun setelah dua kali menghubungi, tidak ada jawaban yang diterimanya.

Kharel memilih untuk langsung menyambar kunci mobilnya dan berjalan menuruni tangga.

"Rel, mau kemana? Kok rapih banget?" Tanya Talita yang sepertinya habis berbelanja.

"Kharel mau jemput Nathalie, mah."

Talita langsung menyerahkan belanjaan bahan makannya pada Bi Imah. "Jemput Nathalie? Mama ikut, ya? Sekalian mama minta maaf sama Zio. Nathalie udah ngerepotin."

Kharel membulatkan matanya. "Jangan, Mah. Mama disini aja. Biar nanti Kharel yang bilang."

"Tapi mama mau ikut, Rel."

Kharel mendengus. "Mama, itu liat diluar udah mau hujan. Mendingan mama masak buat makan malem nanti."

"Nggak ada hubungannya mau hujan sama masak."

Kharel menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Pokoknya mama nggak usah ikut deh."

Talita memicingkan mata. "Kenapa? Jangan bilang kamu mau pacaran ya?"

Kharel melongo. Pacaran? Yang benar saja. Dirinya saja masih setia menyandang status jomblo sampai sekarang. Tapi mungkin jika ia mengiyakan ucapan Talita, mamanya itu akan berubah pikiran untuk ikut.

"Iya. Mama tau aja." Ujar Kharel menunjukkan senyum lebarnya.

Talita menggelengkan kepala. "Belajar yang bener, Rel. Udah kelas 12."

Kharel cemberut. "Nathalie aja dibolehin. Masa Kharel enggak? Mama nggak adil."

Talita langsung mencubit perut Kharel. "Sembarangan. Mama ngizinin Nathalie itu karena dia emang udah pinter nggak pake belajar juga. Lah kamu?"

Kharel mendengus. "Kharel pinter, Ma. Buktinya Kharel selalu tiga besar di kelas."

"Iya pinter. Tapi doyan banget nggak ngerjain PR. Capek mama dipanggil Pak Rido terus."

Kharel menyengir. "Peace mom." Ujarnya sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

Talita hanya mendengus. "Udah sana berangkat. Keburu sore."

Sungguh. Jika yang berbicara padanya bukanlah ibunya, Kharel pasti sudah memutar bola matanya sekarang. "Emang udah sore, Mah. Kharel berangkat."

Cowok itu mencium punggung tangan Talita lalu berjalan menuju garasi dan mengemudikannya menuju rumah sakit.

Tepat saat mobil Kharel keluar dari gerbang, mobil Bastian hendak memasuki gerbang tersebut. Namun niatnya ia urungkan ketika mendapati mobil Kharel keluar dari rumah itu.

Otaknya mengingat sesuatu. Tadi pagi, Kharel sempat mengatakan padanya kalau cowok itu akan menjemput Nathalie sore ini. Apa cowok itu baru akan menjemput Nathalie?

Entah pikiran darimana, Bastian malah melajukan mobilnya mengikuti mobil Kharel. Keningnya sempat berkerut bingung ketika mendapati mobil Kharel memasuki area rumah sakit.

"Kharel ngapain ke rumah sakit?"

Bastian turun dari mobilnya dan berjalan secara sembunyi mengikuti Kharel. Cowok itu menaiki lift. Dengan terpaksa Bastian tidak ikut masuk. Namun ia melihat lift bergerak menuju lantai sebelas. Dengan cepat Bastian menaiki lift lainnya menuju lantai sebelas.

Piece of Heart [Why?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang