"Lo yakin disini tempatnya?" Tanya Bastian pada Kenzo.
"Yakin. Ini tempat terakhir sebelum lost signal."
Mengedarkan pandangannya, Bastian berusaha mencari orang yang perawakannya seperti Nathalie. Namun dari belasan orang yang berlalu lalang di jalan ini, tak sedikitpun Bastian menemukan dia yang dicarinya. Ia mengenali betul postur tubuh ideal Nathalie. Rambut pirang panjangnya, serta kulit putih mulusnya.
"Apa mungkin dia udah pergi?" Tanya Dava.
Kharel mengembungkan pipi, menghelakan napasnya. "Mungkin dia tau. Buktinya langsung nggak bisa di track begitu kita dapet lokasinya."
Bastian mendudukkan dirinya pada bangku yang berada di belakangnya. Ia mengusap kasar wajahnya. Terlihat begitu resah karena belum menemukan gadis yang sangat dikhawatirkannya. Ia tak mengerti mengapa Nathalie pergi seperti ini. Mungkin iya karena masalahnya. Namun Bastian tak sampai pikir bahwa Nathalie akan kabur. Ia tau betul bagaimana dewasanya Nathalie menghadapi masalahnya. Pasti ada sesuatu yang gadis itu rencanakan.
Memikirkan rencana, otak Bastian tiba-tiba saja teringat akan Nathalie yang menarik Lucy ketika persoalan mengenai Kenzo terbongkar. Dari sana Nathalie mulai marah karena merasa bodoh. Lucy pasti mengatakan sesuatu yang membuat Nathalie merasa begitu tersakiti hingga ia berani berteriak marah, bahkan di depan teman-temannya, tak seperti Nathalie biasanya.
Ia masih belum mengerti apa yang terjadi diantara Lucy dengan Nathalie. Tidak. Lebih tepatnya, konflik apa yang terjadi diantara mereka, dan apa penyebabnya. Ia yakin masalah mereka cukup rumit hingga begitu sengit permainan demi permainan yang mereka jalankan.
Ia khawatir pada Nathalie. Bagaimana kabar gadisnya? Apakah Nathalie meminum obatnya dengan benar? Apakah Nathalie makan dengan benar? Apakah Nathalie memukuli kaca lagi? Dimanakah Nathalie tinggal? Apakah di sebuah hotel?
Tunggu. Hotel?
Bastian langsung bangkit dari duduknya. "Ada hotel disekitar sini?"
Alis Jason terangkat satu. "Ngapain? Lo mau nginep? Yaelah. Cuma sejam setengah dari sini ke rumah lo. Ngapain nginep."
Bastian berdecak. Jason terlalu bodoh untuk ditanya.
"Ada. Ada dua hotel di deket perempatan jalan."
Tanpa babibu lagi, Bastian berlari menuju mobilnya, dan tancap gas menuju perempatan jalan, mencari hotel yang dimaksud oleh Davi. Teman-temannya sempat bingung sebelum akhirnya mengikuti kemana Bastian pergi.
Mobilnya memasuki sebuah hotel bintang lima di samping pusat perbelanjaan ternama. Memasuki lobby hotel, Bastian langsung menuju resepsionis
"Siang, ada yang bisa saya bantu?" Ujar sang penjaga meja resepsionis.
"Siang. Saya mau tanya, apa ada pengunjung yang bernama Nathalie Aquinsa disini?"
"Pukul berapa check in-nya?"
Bastian menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Mungkin sekitar tadi malam atau pagi tadi."
"Baik, sebentar." Penjaga resepsionis itu mengecek komputernya, mencari pengunjung dengan nama yang disebutkan oleh Bastian tadi. "Maaf, mas. Kami tidak memiliki pengunjung dengan nama tersebut sejak kemarin malam."
Bastian dan yang lainnya menghela npas kecewa. Mengucapkan terimakasih, kemudian mereka kembali ke basement hotel.
"Dimana lagi hotelnya?"
"Sebelum Avenue High School. Tapi lo yakin Nathalie kesana? Itu bukan hotel kelas atas." Ujar Davi ragu.
Tanpa menjawab, Bastian memasuki mobilnya, lagi-lagi pergi menuju hotel berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Teen FictionCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...