[46] What happened?

2.4K 109 3
                                    

Keadaan di kantin saat ini tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa siswa yang mengunjungi kantin. Sedangkan yang lainnya asik mengerubungi lapangan basket sambil bersorak.

Nathalie duduk di salah satu bangku kantin bersama dengan Kenzo yang sedang asik menikmati baksonya. Cewek itu terdiam memfokuskan pandangannya ke lapangan basket. Disana, beberapa siswa laki-laki yang terdaftar dalam kegiatan ekskul basket sedang asik memrebutkan bola oranye yang sedang di drible oleh seorang cowok bertubuh jangkung. Nathalie tersenyum begitu cowok tadi berhasil memasukkan bola tersebut ke dalam ring.

Kenzo memperhatikan Nathalie yang tengah asik menonton pertandingan basket. Ia menghela napasnya. Sudah hampir lima belas menit ia duduk berdua dengan Nathalie, dan yang dilakukan cewek itu hanya memandang ke lapangan sesekali tersenyum saat salah satu tim yang sedang bermain berhasil memasukkan bola ke dalam ring.

“Nat, lo nggak makan?”

Nathalie mengalihkan pandangannya menghadap Kenzo dan menggeleng pelan. “Gue nggak laper, Ken.” Ia kembali mengalihkan pandangannya ke lapangan.

“Tapi lo belum makan dari pagi." ucap Kenzo yang sama sekali tak dihiraukan oleh Nathalie.

Kenzo meminum es teh manisnya dan menyudahi acara makannya. “Nat, lo harus makan buat minum obat. Emangnya lo nggak mau minum obat?” tanya Kenzo yang membuat Nathalie menoleh.

“Buat apa, Ken? Sekarang gue udah nggak punya tujuan untuk sembuh.”

Kenzo mengerutkan keningnya tak suka. “Ada apa lagi sih? Kenapa lo jadi kayak nyerah gini?”

Nathalie menghela napasnya dan tersenyum. "Nggak tau. Gue ngerasa capek aja sama semuanya."

"Semua orang pasti ngerasa capek, Nat."

"Tapi ini jauh lebih rumit, Ken."

Kenzo menghela napasnya. "Lo masih punya tujuan buat hidup. Kalo lo nggak mau bertahan demi diri lo sendiri, maka lo harus bertahan buat mereka. Bastian, kakak lo, Sheila, Jessica, gue."

Nathalie menatap manik mata Kenzo. "Kenapa gue haru bertahan buat mereka?"

"Lo sayang,'kan, sama mereka?"

Nathalie mengangguk sebagai jawaban.

"Nah, kalo lo sayang sama mereka, lo nggak boleh buat mereka sedih. Kalo lo nyerah, sama aja lo ngecewain mereka. Atau lo emang mau buat mereka sedih, ya?"

Nathalie langsung menggeleng. "Tapi gue ngerasa percuma, Ken. Hidup disakitin sama orang tua sendiri. Ngerasa aneh tau gak. Gue capek, pengen udahin semua."

Kenzo menggeleng tak setuju. Aneh. Belakangan ini Nathalie terlihat begitu putus asa. “Nat, jangan berpikir kayak gitu. Tuhan nggak pernah memberikan hidup yang sia-sia. Lo kan pernah janji untuk berusaha sembuh. Masa lo mau ingkarin janji lo sendiri, sih?”

Mata sembab Nathalie kembali menitihkan air mata. “Tapi buat apa gue sembuh kalo papa nggak menginginkan gue ada, Ken? Papa malah anggap gue kayak aib keluarga. Dia ngancem gue bakalan dipindahin ke Perancis. Sakit banget, Ken. Gue hidup seperti nggak punya tujuan. Gue ngerasa dibuang sama papa gue sendiri.”

Kenzo terhenyak. Hatinya ikut terremas mendengar ucapan Nathalie. Ia seakan bisa merasakan betapa hancurnya perasaan Nathalie. Kenzo sama sekali tak mengerti mengapa masalah yang menimpa gadis itu begitu rumit dan berat. Padahal, sejauh yang ia kenal, Nathalie adalah gadis baik, bahkan sangat baik. Kenzo tak mengerti mengapa ayah Nathalie menginginkan anaknya sendiri pergi kembali ke negara kelahiran yang jauh dari jangkauannya. Apa papanya itu sama sekali tidak merasa kasihan dan khawatir pada anak gadisnya sendiri?

Piece of Heart [Why?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang