[66] Sailendra

2.4K 108 3
                                    

Dylan Dauzat as Alvaro.
Happy reading!❤
○○○

"Kalo papa nggak pernah nyentuh mama Danila, berarti ayah Lucy itu bukan papa, dong, ya?"

Sudah hampir setengah jam Nathalie berjalan bak sebuah setrika di dalam kamar hotelnya, berpikir untuk menemukan jawaban yang memungkinkan bagi setiap pertanyaan di otaknya. Nathalie berdecak dan mendudukkan dirinya pada kursi yang berhadapan dengan meja. Otaknya cukup jenius untuk menyelesaikan ratusan soal matematika. Tetapi tidak untuk hal ini. Otaknya hampir mendidih karena ia gunakan untuk berpikir keras sejak tadi.

Nathalie sempat mendatangi rumah sakit tempat dimana Lucy dilahirkan. Namun sayangnya, ia tak bisa mendapatkan informasi apapun disana. Nathalie harus menggunakan identitasnya agar bisa mengakses data yang ia perlu. Dan tentu saja ia tidak akan melakukannya. Lebih baik ia kembali memutar otaknya daripada memberikan identitasnya hanya untuk mendapatkan informasi yang bahkan belum tentu akan memberi titik terang nantinya.

"Lucy bukan anak kandung papa. Mama Danila hamil sebelum nikah sama papa. Kalo iya dia hamil bukan karena papa, terus kenapa dia minta pertanggung jawaban sama papa?" Nathalie menggigit jari telunjuknya. "Siapa papa kandung Lucy, ya?"

Cewek itu mengetuk-ketukkan jarinya seraya bertopang dagu. Ia memejamkan matanya selama beberapa detik. "Sailendra."

Nathalie mengambil ponselnya dan membuka galery, membuka kembali foto yang tadi diambilnya mengenai data kelahiran Lucy. "Lucyana Adella Sailendra. Lahir di Perancis, 7 Maret tahun 2000 jam 3.21 pagi." Merasa belum menemukan titik terang, Nathalie kembali membaca dokumen bertuliskan bahasa Perancis tersebut.

"Putri dari Danila Saviera dan," Mata Nathalie menyipit ketika membaca kalimat selanjutnya. "Deutama Revan Sailendra."

Deutama Revan Sailendra? Nathalie merasa asing dengan nama itu. Tapi tunggu. Mengapa disini tertulis bahwa ayah Lucy adalah Deutama, bukan Devano? Padahal setau Nathalie, Lucy lahir saat Devano sudah menikahi Danila.

"Apa mama Danila sengaja nulis nama ayah kandungnya Lucy? Tapi kenapa? Bukannya mama Danila sayang banget sama papa? Harusnya mama nulis nama papa disini. Dia kan udah nikah sama papa waktu itu?" Gumamnya bingung.

Nathalie mengerang kesal. Astaga! IQ-nya 134. Tetapi mengapa otaknya tak bisa bekerja selancar ketika ia mengerjakan soal olimpiade fisika?! Benar-benar. Berpikir sejenak, Nathalie kemudian membuka log call, berniat menghubungi seseorang.

"Hello?"

"Let's meet."

●●●

"So, you run away from home? Why?"

"I already told you why i came here. So don't tell anyone if we meet today."

"Huh! But I've told you. I don't know much about her." Ujar lelaki berusia delapan belas tahun yang duduk di hadapan Nathalie.

Nathalie mengembungkan pipinya, menghembuskan napas kasar. Ternyata idenya untuk mencari informasi dari sepupunya juga tidak membuahkan hasil. Nathalie lupa bahwa sepupunya itu sedikit ansos saat kecil. Hanya berbicara jika penting, dan bertindak jika perlu.

"But i can help you to get the information from that hospital."

Mata Nathalie menyipit ragu. Ia mendekatkan wajahnya pada lelaki berambut dark brown tersebut. "Why do i can't give my trust on you?"

Nathalie menjauhkan wajahnya setelah Alvaro menyentil dahi cewek itu, menimbulkan sedikit rasa nyeri. "Sakit, Al."

Alvaro menaikkan satu alisnya tak mengerti. "What did you say?"

Piece of Heart [Why?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang