JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!😚
○○○"Bas! Gimana Nathalie? Kenapa bisa sampai masuk rumah sakit kayak gini?!" tanya Kharel panik begitu tiba di depan ruang UGD yang langsung membuat Bastian bangkit.
"Gue nggak tau. Gue liat dia keluar dari kamar mandi tiba-tiba pingsan."
Kharel mengusap kasar wajahnya. Ia begitu panik ketika Bastian menelfonnya dan mengatakan bahwa Nathalie masuk rumah sakit.
"Rel."
Kharel menoleh pada Bastian dengan tatapan yang mengartikan 'apa?'
"Gue liat keadaan Nathalie kacau parah. Bibirnya berdarah. Pipinya juga merah kayak abis ditampar."
Kharel menaikkan satu alisnya. Ditampar? Seingatnya, Devano tidak menampar Nathalie kemarin. Juga, sejak pagi hingga siang tadi ia sama sekali tidak melihat ada bercak darah di bibir Nathalie. Dan pipi cewek itu juga tidak merah seperti yang dikatakan oleh Bastian.
"Lo yakin?"
Bastian mengangguk. "Kalo Nathalie jatoh, nggak mungkin pipinya kayak abis ditampar gitu. Jelas banget itu jiplakan tangan. Nggak mungkin,'kan, dia nampar pipinya sendiri?"
Kharel mengangguk setuju. "Siapa yang ngelakuin itu?
Bastian terlihat menghela napasnya. "Nggak tau. Gue nggak bermaksud nuduh. Tapi, tadi gue liat Lucy sama temen-temennya keluar dari toilet sebelum Nathalie."
Kening Kharel berkerut bingung. Bukan. Bukan bingung karena ucapan Bastian. Tapi.. "Maksud lo, Lucy yang udah buat Nathalie kayak gini?"
Bastian menggeleng. "Gue nggak tau. Tapi gue liat, nggak ada satupun orang di dalem toilet selain Nathalie."
Kharel mengatupkan mulutnya rapat-rapat dengan rahang yang mengeras. Kedua tangannya mengepal erat secara perlahan. Napasnya memburu dengan mata yang menyaratkan emosi.
"Sialan."
"Rel, lo harus kasih tau nyokap bokap lo."
Kharel langsung menatap Bastian. "Apa lo bilang? Lo pikir dia masih peduli sama Nathalie? Papa bahkan ikut menambah penderitaan Nathalie salama ini."
"Tapi mereka harus tau."
"Nggak. Gue nggak bakalan ngasih tau apapun ke mereka."
"Rel-"
"Gue bilang nggak. Gue nggak akan biarin Nathalie semakin sakit karena papa." Ujarnya tajam dan penuh penekanan.
Bastian menghela napas pasrah. Tak mungkin keadaan seperti ini bisa disembunyikan. Bagaimanapun juga, Devano dan Talita harus mengetahui keadaan Nathalie yang sebenarnya.
Bastian mengambil ponselnya, dan membuka aplikasi pesan.
To : Marcielo
Rs. Jakarta Internasional. Nathalie pingsan.Sent.
Bastian kembali mendudukkan dirinya dikursi depan ruang UGD, menunggu Nathalie yang masih ditangani di ruang tersebut.
Menunggu hampir setengah jam lamanya, membuat Bastian dan Kharel tak henti-hentinya dihantui rasa cemas dan takut.
"BASTIAN! KHAREL!"
Bastian dan Kharel refleks menoleh, mendapati Marc dan Talita yang berjalan setengah berlari menghampirinya. Melihat itu, Kharel langsung menatap Bastian tajam.
"Lo?!"
"Mereka harus tau. Lo nggak boleh egois."
Kharel berdecak dan mengalihkan pandangannya pada Talita dan Marc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Teen FictionCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...