[27] Asking for forgiveness

2.7K 105 0
                                    

ALOHA. Gue lupa buat ngasih cast Dava Davi sama Jason di chapter awal. So, di mulmed itu mereka ya.

Happy reading!
○○○

"Nat, kamu nggak usah sekolah dulu aja kalo nggak enak badan." Ujar Talita sambil merangkul bahu Nathalie.

"I'm fine, mom. Nathalie juga harus susulan ulangan." Ujar Nathalie sambil mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Ada apa, Talita?" Tanya Devano setelah menyesap tehnya. Pria itu sudah kembali dari Italy dan baru tiba subuh tadi.

"Ini loh, mas. Nathalie ngeyel banget mau sekolah. Liat tuh mukanya. Pucet banget,'kan?"

Devano memandang Nathalie yang sedang meminum susunya. Anaknya itu memang terlihat sangat lesu. Terlihat sangat mirip seperti mayat hidup. Wajahnya pucat, matanya sembab dan sayu. Ada lingkar hitam di kedua mata cewek itu, seperti kurang tidur.

"Nak, kalau kamu sakit, kamu lebih baik istirahat. Nanti biar papa yang izin ke sekolah."

Nathalie berdehem. "Nggak, Pah. Aku mau sekolah." Ujarnya kekeuh.

Kharel memperhatikan wajah Nathalie sambil memakan rotinya. Ia yakin adiknya itu pasti sedang memiliki masalah. Entah masalah apa, yang jelas, wajah Nathalie terlihat lesu dan matanya sembab setelah Bastian mengajak cewek itu keluar.

"Kalo gitu biar dia bareng Kharel aja, Pah."

Nathalie kontan menatap Kharel. "Apa deh? Nathalie mau bawa mobil sendiri."

"Benar. Kalo kamu masih mau sekolah, kamu harus berangkat bersama Kharel. Papa nggak mengizinkan kamu bawa mobil sendiri."

Nathalie menghela napas pasrah. Sial sekali. Padahal ia sudah berniat membawa mobil agar ketika pulang sekolah nanti dirinya bisa berkeliling sebentar.

"Yaudah, yuk Nat. Kita berangkat."

Kharel berdiri lalu mencium punggung tangan Talita dan Devano, begitu juga Nathalie. Setelah berpamitan, Kharel berangkat bersama Nathalie menuju sekolah.

Diperjalanan, Nathalie hanya diam memandang lurus ke jalanan dengan tangannya yang terus memegangi perutnya.

Kharel menyadari hal itu. Ia melirik Nathalie sesekali sambil tetap fokus pada kemudi.

"Kamu kenapa?"

Nathalie menghela napas. "Perut aku kok mual ya, kak?"

Kharel mengerutkan keningnya. "Mual kenapa? Perasaan tadi kamu nggak makan."

Cewek itu menggeleng. Ia juga tidak tau mengapa perutnya tiba-tiba saja terasa mual seperti ini. Padahal pola makannya sudah seperti biasanya. Malamnya Nathalie makan, dan paginya tidak. Dan ia juga tidak merasa memakan makanan yang salah kemarin.

"Semalem kamu makan apa?"

"Makan masakan mama. Cuma itu. Abis itu, aku minum obat kayak biasa."

Kharel membelokkan stirnya memasuki parkiran sekolah yang terlihat masih sepi. Ia memarkirkan mobilnya di area parkir khusus siswa.

Kharel melepas sabuk pengamannya dan sabuk pengaman Nathalie. Ia melepas tangan Nathalie yang mencengkram perutnya, menggantinya dengan usapan lembut membuat cewek itu merasa sedikit lebih nyaman.

"Kemarin kamu ngapain aja emangnya?"

"Nggak ngapa-ngapain. Cuma-" Nathalie tiba-tiba saja menghela napasnya. "Ini pasti efek kemo."

Kening Kharel berkerut. "Kemo? Kapan kamu kemo?"

"Kemarin minggu."

Kharel mengangguk mengerti.

Piece of Heart [Why?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang