JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT😙
○○○Di dalam sebuah kamar bernuansa pink elegan, seorang cewek terlihat membanting barang apapun yang berada di kamarnya, menimbulkan bunyi nyaring dari beberapa barang yang pecah.
"Sialan! Ancur semua rencana gue."
Lucy mengambil vas bunga dari nakas dan melemparnya ke pintu dengan kencang.
PRANG
Tok tok tok
"Non, buka pintunya, non!" Teriak Bi Imah sembari terus mengetuk pintu kamar Lucy.
Wanita itu terlihat begitu panik ketika mendengar suara barang berjatuhan dari kamar Lucy. Ia takut Lucy akan melakukan kekacauan atau hal yang tidak-tidak.
"DIEM!" Teriak Lucy dari dalam kamarnya.
Bi Imah semakin panik. Tidak ada siapapun di rumah ini kecuali dirinya dan supir pribadi keluarga Devano. Jadi tidak ada yang bisa menghentikan Lucy saat ini. Bi Imah meninggalkan kamar Lucy dan beralih pada telfon rumah di sudut ruangan. Wanita itu menekan beberapa tombol hingga terdengar nada sambung dari gagang telfon di telinganya.
"Halo?"
"Halo, den."
"Bibi? Ada apa, Bi?"
"Den Athala masih di rumah sakit?"
"Masih, Bi. Kenapa?"
"A-anu, Den. Non Lucy."
"Lucy kenapa?"
"Itu, den. Non Lucy ngamuk di kamar. Mecah-mecahin barang. Bibi takut, Den. Non Lucy nggak mau bukain pintunya."
Terdengar percakapan antara Athala dan Talita dari sebrang sana, lalu Athala menghela napas. "Tunggu, bi. Saya sama mama pulang."
"Baik, Den."
Panggilan berakhir. Bi Imah menutup gagang telepon dan kembali memandangi pintu kamar Lucy. Sudah tidak terdengar amukan lagi dari sana. Namun suasana hening seperti itu malah membuat Bi Imah takut.
"Aduh, kalo non Lucy ngelakuin yang aneh-aneh gimana, atuh?" Gumamamnya takut. "Mending bibi turun aja, deh." Lanjutnya lalu berjalan menuruni tangga dan kembali ke dapur.
Di dalam kamarnya, Lucy berjalan kesana kemari sembari mengetuk-ngetuk ponsel pada tangannya. Sudah beberapa kali ia berusaha untuk menghubungi seseorang namun orang yang ia hubungi sama sekali tidak mengangkat telfonnya.
Lucy mengerang. Sialan. Percakapan antara dirinya, Kharel, dan Bastian masih terngiang jelas di kepalanya.
"Gue liat lo keluar dari toilet sebelum Nathalie."
"Itu belum tentu gue yang buat Nathalie celaka kayak gini."
"Gue nggak bilang kalo lo bikin Nathalie celaka."
"Gotcha."
"Lo nggak bisa asal nuduh kayak gini." Ujar Lucy tajam.
Kharel tertawa hambar. "Kita nggak nuduh lo. Lo aja yang terlalu bodoh dalam menyembunyikan kebohongan."
Wajah Lucy berubah pias. "Ka, aku sama sekali nggak ngelakuin apapun sama Nathalie. Nathalie itu adik aku. Mana mungkin aku nyakitin dia?"
"Mungkin kalo lo punya dendam sama Nathalie." Ujar Bastian mambuat Lucy kontan menatapnya.
"Buat apa gue dendam sama Nathalie? Nggak ada yang perlu gue dendamin."
"Oh, ya? Gimana kalo lo dendam karena lo dibuang selama empat tahun sama keluarga lo sendiri, hidup tanpa keluarga, dan lo menganggap ini semua terjadi karena Nathalie?" Ujar Bastian lalu menaikkan satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Teen FictionCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...