[20] I'm sorry

2.6K 96 0
                                    

Bastian memantulkan bola oranye itu dan memasukkannya ke dalam ring. Berkali-kali. Sampai Marc bosan sendiri melihatnya.

Ini sudah hampir satu jam dari jam pulang sekolah. Dan mereka berdua masih berada di lapangan sekolah yang terlihat sepi karena kebetulan hari ini semua ekskul diliburkan.

Namun Bastian memutuskan bermain basket untuk menghilangkan kerisauan hatinya, ditemani oleh Marc. Awalnya mereka saling beradu. Namun Marc memilih untuk berhenti dan hanya memperhatikan Bastian yang asik sendiri dengan bola oranye itu.

"Mau sampe kapan lo ngunyek-ngunyek itu bola?"

"Sampe bolanya jadi kotak." Jawab Bastian asal.

Marc mendengus. Dihampirinya Bastian yang masih menggunakan seragam sekolah itu.

"Lo kenapa sih? Suntuk amat kayaknya."

Bastian melempar bolanya ke dalan ring dengan keras sampai membuat Marc terlonjak.

"Demi ketek bangsatnya si Gerry. Lo kenapa sih?! Kalo jantung gue lompat ke luar lo mau tanggung jawab?!"

Bastian tak menghiraukan omelan Marc. Ia berjalan ke pinggir lapangan dan mengambil tasnya yang ia geletakkan begitu saja.

Marc yang kesal, menghampiri Bastian dan ikut berjalan beriringan menuju parkiran.

Sebelum Bastian hendak memasuki mobilnya, Marc sudah terlebih dahulu menepuk pundaknya membuat Bastian menoleh.

"Lo punya masalah apa sama Nathalie?"

Pertanyaan Marc membuat Bastian menaikkan satu alisnya. Darimana Marc bisa mengetahui jika ia memiliki masalah dengan Nathalie?

"Gue nggak punya masalah sama adek lo."

"Persetan. Gue nggak mau Nathalie jadi murung terus cuma gara-gara lo."

Raut wajah Bastian seketika berubah bingung. Apalagi melihat wajah Marc yang sepertinya tengah menahan kekesalan.

"Maksud lo?"

Marc berdecak. "Dari kemaren adek gue selalu irit bicara. Mukanya kusut banget. Bahkan waktu nyokap bokap gue ngomong, dia cuma nanggepin seadanya. Makan nggak mau, kerjaannya cuma di kamar terus."

"Itu bukan berarti dia lagi murung karena gue,'kan?"

"Jangan kira gue nggak tau soal lo yang cemburu karena Nathalie nolongin Demian waktu itu."

Melihat Bastian yang terdiam membuat Marc menghela napasnya. Berusaha menahan tangannya agar tidak meninju cowok di hadapannya.

Marc memang tau mengenai masalah Bastian dan Nathalie karena ia sempat melihat kejadian ketika Bastian dan Demian bertengkar tempo hari. Awalnya ia ingin melerai. Namun Nathalie sudah lebih dulu menahan Bastian. Berpikir bahwa ia tidak memiliki hak untuk ikut campur, Marc memilih untuk pergi.

Ia pikir masalah itu tidak terlalu berat. Ia pikir masalah mereka sudah terselesaikan. Namun ketika sampai di rumah, Marc mendapati tingkah Nathalie yang berubah menjadi pendiam dan murung. Marc yakin itu semua karena masalah cewek itu dengan Bastian.

Nathalie tidak pernah murung jika masalahnya tidak bersangkutan dengan orang yang berpengaruh di hidupnya. Marc tau itu. Dan Marc paling tidak suka melihat adiknya seperti itu.

"Kenapa lo diem?"

Bastian tersadar dan menghela napas. Ia berjalan menuju kap mobil dan mendudukkan dirinya disana.

"Gue bingung. Kenapa Nathalie lebih milih bantuin Demian dan ninggalin gue."

Marc mengikuti apa yang Bastian lakukan. "Kenapa lo nggak tanya aja sama Nathalie-nya langsung?"

Piece of Heart [Why?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang