[19] Hurts

2.6K 115 0
                                    

Pernahkah Tuhan mentakdirkan hal buruk pada setiap ciptaan-Nya? Pernahkah Tuhan terus menerus membuat hamba-Nya berada dalam keterpurukan? Pernahkah Tuhan secara cuma cuma memberikan sebuah cobaan? Tentu jawabannya adalah tidak.

Semua hal buruk yang pernah terjadi dalam hidup tidak terjadi secara cuma cuma. Semua memiliki tujuan. Entah itu untuk membuat manusia menjadi lebih tegar dari sebelumnya, atau membuat manusia menyadari bahwa kehadiran-Nya itu ada.

Tuhan ingin dicintai seperti manusia mencintai sesuatu yang berharga baginya. Tuhan tidak mau manusia bersikap egois dan hanya memikirkan dunia. Tuhan ingin manusia menganggap-Nya. Tuhan ingin manusia menyembah-Nya. Tuhan ingin manusia memohon pada-Nya. Tuhan hanya ingin manusia tahu bahwa Ia sangat mencintai setiap hamba-Nya.

Banyak orang bilang bahwa hidup itu harus dinikmati. Hidup itu harus di sayangi. Hidup itu harus di banggakan. Tapi faktanya, hidup itu tidak hanya harus dinikmati, disayangi, ataupun dibanggakan. Hidup itu harus bertahan. Hidup itu harus berjuang. Hidup itu tidak boleh mudah menyerah pada rintangan. Anggaplah itu sebuah perintah. Karena jika tidak dilakukan, maka yang akan didapat nantinya hanyalah sebuah penyesalan.

Percayalah jika Tuhan akan membantu setiap masalah yang kita lalui. Percayalah jika setiap manusia telah memiliki keindahan takdir masing-masing. Kita hanya harus berjuang untuk mendapatkan takdir itu.

Dan Nathalie, melakukannya.

Nathalie, dengan segala rasa sakitnya, ia terus berjalan menapakkan kakinya pada sebuah lintasan yang mulai dipenuhi kerikil yang membuat langkahnya menjadi pelan karena kerikil itu menusuk-nusuk telapaknya. Lintasan hidup yang harus Nathalie lewati, tidak sesempurna tiga tahun yang lalu. Nathalie seperti kembali melewati lintasan yang pernah ia lalui lima tahun yang lalu.

Sama.

Rasanya masih sama. Sakitnya, menderitanya, dan tersiksanya Nathalie masih sama seperti yang pernah ia rasakan dulu. Bedanya, kini ia terlihat lebih tegar untuk menghadapinya. Tidak ada lagi raungan kesakitan yang keluar dari mulutnya kala rasa sakit itu menyerangnya.

Seperti sekarang.

Nathalie hanya menggulung dirinya di dalam bedcover tebal dengan tubuh yang gemetar hebat. Wajahnya pucat. Keringat dingin sudah bercuran membasahi wajah dan lehernya. Suhu tubuhnya panas. Namun Nathalie merasa dingin begitu menusuk kulitnya hingga bibir gadis itu membiru. Tanggannya terkepal erat meremas sprei bantalnya hingga kusut. Matanya terpejam kuat karena rasa sakit yang menderanya tak kunjung mereda.

Nathalie tak tahu harus melakukan apa. Bahkan ia sudah meminum obatnya sebanyak tiga kali. Dua kali melebihi dosisinya disore ini. Namun tak ada satupun obatnya yang bereaksi.

Jika sakitnya tak kunjung mereda seperti ini, Nathalie tak akan sanggup untuk menahan teriakannya. Bukannya lemah. Tapi seluruh tubuhnya benar benar terasa seperti di pukul dan dicambuk berkali kali.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu bahkan tak terdengar di telinga Nathalie. Telinganya seperti tuli karena rasa sakit yang menghantam kepalanya.

TOK TOK TOK

Suara ketukan itu semakin kencang karena Nathalie yang tak kunjung menyahut. Di balik sana, Kharel berulang kali mengetuk kamar berpintu putih itu sambil memanggil Nathalie. Namun tak ada satupun suara yang terdengar di dalam.

Berpikir bahwa Nathalie sedang mandi atau tidur, Kharel hendak meninggalkan pintu itu namun terhenti ketika mendengar suara isakan dari dalam. Kharel menempelkan telinganya pada pintu, menajamkan pendengarannya.

Benar. Ia tak salah. Ada suara isakan yang berasal dari dalam kamar adiknya. Kharel membuka knop pintu namun terkunci. Ia kembali mengetuk pintu itu dengan kencang.

Piece of Heart [Why?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang