[41] Scared

2.4K 101 3
                                    

16.48 pm, London.

Sudah hampir sepuluh jam Nathalie mengurung diri di kamarnya, mengabaikan ketukan dan suara keluarganya yang berulang kali memanggilnya, memintanya untuk membukakan pintu.

Mereka khawatir karena Nathalie sama sekali tidak mengeluarkan suara sedikitpun dan melewatkan jadwal makan siangnya. Apalagi Kharel yang sudah mengetahui kondisi Nathalie yang sebenarnya. Berkali-kali Kharel mengetuk pintu kamar Nathalie, menghubungi cewek itu, hingga mengancam akan mendobrak pintu berharap Nathalie akan membukakan pintu kamarnya. Tetapi nihil, Nathalie tetap mengurung dirinya di dalam kamar tanpa bersuara sedikitpun.

Sedangkan di dalam kamarnya, Nathalie memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton film dari macbook yang diberikan oleh Kharel. Tetapi jangan berpikir bahwa ia benar-benar menonton film. Selama film itu diputar, Nathalie hanya mendengarkan suara-suara dari film tersebut melalui headphonenya. Matanya sama sekali tidak menghadap pada layar laptop melainkan menghadap pada sebuah buku album di tangannya.

Album itu berisi foto-foto dirinya ketika masih kecil. Ada ratusan foto yang tersusun rapih disana. Foto-foto itu disusun berdasarkan waktu yang diambil. Disetiap foto pada bagian bawahnya selalu tertulis tanggal ketika foto itu diambil.

Lembar demi lembar foto terbuka, mengingatkannya pada masa lalu. Masa dimana semua masih terlihat baik-baik saja. Masa dimana tidak ada Nathalie yang harus merasa tertekan seperti ini. Masa ketika dirinya dimanja dan disayang dengan sangat. Masa dimana ia tak akan menangis jika bukan karena jatuh, atau karena keinginannya tidak dituruti.

Semua foto-foto itu membuatnya rindu. Rindu akan kehidupan lamanya. Rindu akan keharmonisan keluarganya. Rindu akan kepolosan dirinya. Rindu akan semuanya. Benar-benar rindu.

Seandainya ada keajaiban dimana waktu bisa diputar kembali, Nathalie sungguh sangat ingin menjadi kecil lagi. Sebentar saja. Ingin hidup dengan begitu menyenangkan. Ingin sehat. Ingin diperhatikan. Ingin bersikap manja. Ingin disayang dengan begitu tulus. Sayangnya, waktu akan terus berjalan maju. Mau tidak mau, ia harus menelan pahit harapannya.

Nathalie memiringkan posisi tidurnya, menghadap pada balkon kamarnya yang sengaja dibuka. Deru angin berhembus menerbangkan tirai tipis yang menutupi pintu kaca tersebut hingga terlihatlah dengan jelas pemandangan diluar sana. Salju sudah berhenti sejak beberapa hari yang lalu. Kini matahari mulai bersinar terang, namun udaranya masih tetap dingin. Nathalie menghela napasnya. Setidaknya, ia menyukai cuaca sore ini.

Ia melirik jam dinding di kamarnya. Tak terasa sudah pukul lima sore. Itu artinya, ia sudah berada di dalam kamar selama sepuluh jam.

Jujur, ia sendiri mengakui bahwa tindakannya memang terlalu kekanak-kanakan. Mengunci dirinya di dalam kamar, menghidari keluarganya sendiri. Tapi hanya itulah satu-satunya cara agar dirinya bisa kembali tenang. Typcal Nathalie. Ia lebih memilih menyendiri untuk menenangkan diri daripada bercerita pada banyak orang atas apa yang dirasakannya. Terlalu rumit menurutnya. Baginya, bercerita memang bisa mengurangi beban pikirannya tetapi sama sekali tidak membuatnya tenang. Malahan, Nathalie merasa bahwa menceritakan masalahnya pada orang lain akan berujung percuma. Kenapa? Karena terkadang, orang hanya ingin tau apa yang kita pikirkan, tetapi tidak ada rasa peduli untuk membantu menyelesaikan sedikitpun.

Nathalie membuka laci nakas dan mengambil sebuah foto lusuh dari sana. Di foto itu, terdapat dua orang anak berbeda gender tersenyum ke arah kamera dengan tangan anak lelaki yang merangkul bahu gadis itu. Itu adalah foto dirinya dan Arga. Argasya, sahabatnya. Terkadang, jika Nathalie merasa sedang sedih, ia akan memandangi foto itu dan bercerita atas apa yang ia rasakan sampai tertidur sambil memeluk foto itu.

"Ga, kamu tau semuanya,'kan? Gimana aku disini. Gimana tersiksanya aku."

"Sekarang aku lagi jalanin permainan. Permainan menantang, Ga. Sendirian. Nggak ada yang bantu. Disini, aku harus bisa jalanin peran berat. Berat banget, Ga."

Piece of Heart [Why?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang