"Nat, bangun. Sarapan dulu yuk,"
Nathalie membuka matanya. Seketika rasa pusing langsung menderanya. Ia meringis pelan sambil bangun dari posisi tidurnya.
"Kakak."
Marc duduk di samping ranjang.
"Pipi kamu jadi memar gini." Ujar Marc mengusap pipi Nathalie.
Nathalie meringis. "Sakit, kak."
"Kamu demam, Nat."
Nathalie hanya diam. Tubuhnya memang terasa tidak enak sejak semalam.
"Kakak panggilin mama, ya?"
Marcielo hendak bangkit namun dengan segera Nathalie menahannya hingga cowok itu kembali terduduk.
"Jangan, kak."
Kening Marc berkerut. "Kamu sakit, dek. Kakak nggak tau harus ngasih obat apa."
"Aku nggak apa, kak."
"Nggak apa gimana? Badan kamu panas banget."
Nathalie bangkit dari kasur hendak berjalan ke kamar mandi. Namun belum sempat dirinya melangkah, tubuhnya sudah jatuh terlebih dahulu.
Marcielo yang kaget langsung berjongkok.
"Kamu nggak apa?"
Nathalie menggeleng. Entah mengapa tubuhnya terasa benar-benar lemas hari ini.
"Mau kemana?"
"Kamar mandi."
Marcielo membantu Nathalie berdiri dan memapah cewek itu ke kamar mandi.
"Mau mandi?"
Nathalie mengangguk.
"Nggak usah, dek. Nanti dingin."
"Jorok, kak."
Marcielo menghela napasnya. Mau ia melarang bagaimana pun juga, Nathalie tetaplah Nathalie. Jika sudah ingin, maka sulit untuk menghilangkannya.
"Yaudah, kakak bawain sarapan kamu ke kamar, ya?"
Nathalie menggeleng. "Nanti biar aku yang turun."
"Nat,"
"Kak, aku nggak apa-apa."
Marcielo kembali menghela napasnya. Ia menangguk lalu keluar dari kamar Nathalie.
Nathalie menutup pintu kamar mandi dan menguncinya. Cewek itu langsung menuju westafel begitu bau anyir tercium olehnya.
Lagi, cewek itu kembali mimisan. Semalam, setelah Devano menamparnya, tiba-tiba saja Nathalie mimisan. Kepalanya pun berdenyut hebat. Untung saja tidak begitu lama. Jadi, ia bisa langsung tertidur setelah sakit di kepalanya mereda.
Setelah membersihkan darah dari hidungnya, Nathalie lalu memulai kegiatan mandinya.
●●●
"Loh, Nathalie mana?" Tanya Talita ketika melihat Marcielo berjalan sendiri ke ruang makan.
"Mandi." Jawabnya singkat.
Talita menghela napasnya. Ia tau, Marcielo juga pasti marah karena perkataannya pada Nathalie semalam. Ketiga anak laki-lakinya itu memang paling tidak suka jika dirinya atau Devano marah pada Nathalie. Tetapi, Athala dan Kharel tidak pernah menunjukkan rasa tak sukanya seperti Marcielo.
"Kamu jadi ke Marseille, Rel?" Tanya Talita pada Kharel.
Kharel mengangguk.
"Kapan kalian akan berangkat?" Tanya Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart [Why?]
Teen FictionCOMPLETED! [Teenager stories only (15+)] ☡Be a smart readers. ○○○ Pernahkah kalian merasa bahwa kehidupan yang Tuhan berikan itu sangatlah sempurna? Pernahkah kalian merasa bahwa Tuhan begitu mencintai hamba-Nya? Pernahkah kalian merasa kehidupan ya...