Happy reading, kawans...
Hujan deras tidak berhenti. Sampai bel pulang langit tetap mengeluarkan perasan awan. Sebagian siswa sampai ada yang dijemput orang tuanya. Aku ingin pulang hujan-hujanan. Sayangnya aku tidak bawa baju ganti. Kalau aku memaksa, besok aku tidak bisa pakai segaram.
Aku melihat Agam, kakak Nana, menyerahkan seragamnya pada adiknya. Dia pulang hujan-hujanan dengan mengenakan seragam olahraganya. Si adik dengan sabar menunggu hujan reda sambil mengerjakan tugas sekolah.
Aku iseng mendekatinya.
"Kamu ga pulang?"
Dia kaget. Duduknya bergeser. Bukan karena memberiku tempat. Tapi justru menjauhiku.
"Pulang ga?"
Dia menggeleng.
"Ga bawa payung?"
"Bawa. Tapi hujannya terlalu deras."
"kalau sudah agak reda, aku ikut kamu ya?"
Keningnya berkerut, alisnya menyatu.
"Aku ga bawa payung. Tapi ingin pulang. Boleh ya?"
Dia menggeleng.
"Kenapa?"
"Cari teman cowok saja. Jangan sama aku."
"Halah Na. Ga bakalan ada yang godain kita pacaran. Bisa dijewer sama abi mu," ujarku mantap.
Dia tetap menggeleng.
"Payungnya kecil Dra. Nanti kamu basah."
"Ga pa-pa. Kamu kan kalau jalan hati-hati. Boleh ya..ya.."
Dia hanya diam.
Aku suka kalau sudah berhasil memaksanya.
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka