Aku keluar dari kafe waffle tergesa-gesa. Aku juga heran, kenapa kalau ada Indraka hidup berasa tidak tenang. Padahal sebelum dia muncul aku belajar tenang-tenang saja.
"Sepedamu bagaimana?"
Aku mendengar kak Gilang berteriak.
"Besok aku ambil Kak. Kalau ada Dianti."
"Farhana!"
Kali ini bukan suara Kak Gilang. Ini suara Indraka. Aku dengar nafasnya terengah-engah karena dia berlari di belakangku.
"Apa lagi?"
Dia tertegun.
"Maaf," katanya.
Aku ingin sekali marah. Tapi kata maafnya membuat aku diam. Kata abi, maafkan orang yang meminta maaf pada kita. Sebenarnya ingin ga ikhlas, tapi kata abi itu tidak baik. Bisa merusak hati.
"Na, aku ingin bikin perjanjian sama kamu."
Dahiku langsung berkerut.
"Kamu harus belajar sama aku bukan hanya jika ulangan harian fisikaku 100."
Jeda.
"Kamu harus belajar sama aku untuk semua mata pelajaran yang nilai ulangan harianku 100."
"Hah?!"
"Iya. Pokoknya begitu! Harus mau!"
Dan dia kembali masuk ke dalam kafe, meninggalkan aku yang terperangah.
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka