Farhana

305 36 0
                                    


Happy reading guys...

bagi yang sempat baca upload -an barusan, maaf ya....kepencet dua kali

Ini cerita yang benar....


"Hai, kamu anak 10 IPA 4, kan?" tanyanya menyapa.

Aku mengangguk.

"Aku Dianti, teman sekelasmu," katanya menyodorkan tangan.

Pupilku melebar. Ketika sadar, dengan cepat aku terima jabatan tangannya.

"Farhana," jawabku.

"Aku tahu. Kamu yang duduk sama Indraka kan?"

Sekali lagi aku mengangguk.

"Kok mau duduk sama dia?"

"Tadi nyari teman duduk yang perempuan ga liat. Selain ga ada yang kenal juga."

"Terus kok milihnya sama Indraka? Kenal sama dia dimana?" cecarnya.

"Teman SD. Teman ngaji juga," jawabku.

"Oh...pantas...," Dianti manggut-manggut.

"Kenapa?" tanyaku.

"Kaget aja. Indraka kan anaknya petakilan. Sementara kamu kayaknya alim sekali."

Aku tersenyum, sungkan.

"Dulu dari SMP berapa?"

"Aku dari MTs."

"Oh? Kok ga lanjut aliyah?"

"Ayahku ngajar disana. Ga enak jadi murid di tempat orang tua bekerja. Meski tidak apa-apa, kok kesannya nepotisme," kataku sambil tertawa.

"Temen SMP Indraka?" tanyaku.

Dianti mengangguk.

"Kalau besok duduk sama aku, mau?" tawarnya.

"Mau dong. Sebelumnya kamu duduk sama siapa?"

"Sama Cicak."

"Hah?!"

Dianti tertawa ngakak.

"Namanya Wicaksana Rohman. Panggilannya Wicak. Tapi kami biasa memanggilnya Cicak. Partner in crime nya si Indrek tuh,"jelasnya.

Akhirnya aku mengerti.

"Biar besok mereka duduk sebangku. Kamu sama aku aja ya. Tapi agak di belakang. Ga pa-pa?"

"Boleh. Aku tidak ada masalah dengan mata kok," sahutku.

Dianti kembali tertawa.

"Dianti!"

Kami berdua menoleh ke arah suara. Sepertinya aku kenal orang itu.

"Pulang sekarang?" tanya laki-laki tadi.

"Ayo kak."

Laki-laki itu mengangguk dan tersenyum menyapaku.

"Oh ya, Na. Ini kakakku, Gilang. Kak, kenalin, ini Farhana. Teman sekelasku."

"Kakak ketua OSIS tadi ya?" tanyaku konyol sambil menunjuknya. Dia tersenyum dan mengangguk.

"Na, pulang sendiri? Naik apa?"

"Iya, naik angkot."

"Bareng aja yuk. Rumahmu dimana? Boleh ya kak?"

"Boleh."

Aku yang jadinya ga enak hati.

"Udah... ayo," paksa Dianti dan menarikku ke mobilnya.




Indraka dan FarhanaWhere stories live. Discover now