Happy reading, guys...
Aku mencegatnya sehabis mengaji dari musholla.
"Kamu ga masuk SMP 1 ya?"
Dia yang awalnya ketakutan aku tunggu di perempatan, terlihat kaget.
Dia menggeleng.
"Kenapa? Nilaimu kan bagus. Aku saja diterima."
Dia diam.
"Kenapa Na?"
"Disuruh abi masuk MTs."
"Madrasah Tsanawiyah?"
Dia mengangguk.
"Tapi itu kan jauh?"
"Ga pa-pa. Aku bisa naik sepeda. Cuma 20 menit dari rumah," ujarnya datar.
Aku menghela nafas.
Dia berlalu.
Aku juga tidak tahu kenapa sedih kalau Farhana tidak satu sekolah denganku. Mungkin aku akan kehilangan anak yang bisa aku ancam untuk meminjamkan peer. Atau tidak ada lagi yang bisa aku goda. Atau tidak ada lagi yang mau bilang terima kasih padaku.
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Ficção AdolescenteBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka