Farhana

279 34 3
                                    


Aku benar-benar ga mau ketemu dia lagi. Ga mau bicara sama Indraka lagi. Aku malu, malu! Aku ga punya muka! Harusnya dia biarkan saja bola volley itu mengenaiku. Ga perlu pake alasan melindungi segala. Jadinya begini kan? Fitnah! Seluruh sekolah tahu. Bagaimana kalau sampai orang tuaku tahu?

Apakah sekolah akan memanggil orang tua kami? Duh, jangan...jangan...

Bukan masalah mereka akan marah padaku. Yang aku pikirkan mereka pasti ikut-ikutan malu dengan tingkahku. Aku mencoreng muka mereka dengan kejadian ini.

Kali ini aku sudah tidak tahan lagi. Aku berdiri di depan tiang bendera di bawah terik sinar matahari sambil menangis. Aku nangis sejadi-jadinya. Indraka yang berdiri di sebelahku hanya melihatku prihatin. Dia tidak berani menenangkanku. Sementara banyak teman yang berlalu-lalang sambil melihat kami dihukum. Ada yang kasihan ada juga yang mencibir, seakan bilang: rasain lo!

"Maaf Na, maaf. Maksudku tadi bukan begitu," katanya pelan.

"Diam kamu! Aku ga mau ngomong sama kamu lagi," balasku sambil berteriak serak.

Tadi kami dihukum saat pelajaran masih berlangsung. Otomatis halaman sekolah masih sepi. Sekarang waktunya istirahat. Para siswa sudah keluar kelas. Kami jadi tontonan gratis. Jadi tontonan saja sudah membuat aku malu. Ini malah beritanya ditambah-tambahi, bahkan berbelok dari kejadian sebenarnya. Astaghfirullah...kenapa jadi begini?

Indraka dan FarhanaWhere stories live. Discover now