Selamat Tahun Baru, Indonesia...
Selamat lebih baik....
Aku tahu Indraka anak nakal, suka berkelahi dan tidak punya takut. Aku hanya tidak pernah tahu bahwa pada temannya pun dia tega. Baru kali ini aku melihat dia marah dan mengancam temannya. Jujur aku takut.
Makanya aku tidak berani membantah ketika dia menyuruhku menunggu di warung kopi itu. Orang yang bernama mas Reki itu menyuguhiku es teh dan goreng pisang.
"Ga usah mas, saya cuma nunggu Indra kok," tolakku halus.
Aku tidak nyaman makan di warung kopi. Selain itu, uang jajanku sudah habis. Aku malu harus bayar pakai apa.
"Ga pa-pa neng. Ini disuruh si Indrek tadi. Jangan membuang makanan."
Rasanya aku tertohok. Ini mas-mas Islami sekali.
Karena ini pertama kalinya aku minum es teh di warung kopi, aku masih menoleh kanan-kiri. Kalau ketahuan keluargaku bagaimana?
Setelah satu goreng pisang aku habiskan, Indraka datang.
Dia menghampiriku sambil tersenyum.
"Enak gorengannya?"
Malu aku mengangguk.
"Ayo kalau sudah selesai," ajaknya.
Aku mengerutkan dahi.
"Aku antar kamu. Biar ga diamarahi mamak atau abi mu."
"Ga usah Dra. Aku bisa sendiri."
"Sudahlah Na. Ayo cepat naik, biar ga kesorean."
"Boncengan?"
"Iya."
Aku menggeleng.
"Ini satu-satunya cara biar kamu ga dimarahi."
"Aku malah tambah dimarahi, boncengan sama kamu."
"Ga percaya aku?"
Aku bingung mau menjawab. Jelaslah aku ga percaya anak nakal seperti dia. Tapi dia sudah menolongku barusan.
"Ayo cepat naik."
Segera aku naik ke boncengan dan Indraka mengayuh sepedaku, pelan.
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka