Indraka

264 37 0
                                        

happy weekend and happy reading...



Hari ini giliran kelasku sholat dhuhur di musholla sekolah. Sejak pagi wali kelasku, Pak Hilman, sudah memperingatkan kami.

"Jadi siapa yang mau jadi imam untuk sholat jamaah kalian?" tanya beliau.

Semua hening. Yang kipas-kipas hanya anak cewek. Mereka nyantai karena tidak akan dapat kewajiban menjadi imam.

"Indraka pak." Terdengar suara dari belakang. Spontan yang duduk di depan memutar kepala 180 derajat, termasuk aku.

Heh?! yang mengajukan aku Farhana? Apa-apaan ini anak!

"Kenapa Na?" tanya Pak Hilman lagi.

"Indraka kalau nyanyi suaranya bagus pak. Kalau jadi imam pasti juga bagus," jawabnya yakin.

Duh, dulu ngaji aja sering bolos. Belajar tajwid setengah-setengah. Makhrojil huruf sering salah, kok jadi imam. Maumu apa, Na?

"Baik, saya setuju Indraka jadi imam."

Selesai. Beliau menyudahi diskusi. Memberi salam dan meninggalkan ruang kelas. Terdengar nafas lega teman-teman yang lain. Aku langsung bangun dan mendekati Farhana.

"Mau kamu apa? Sengaja ya bikin malu aku?" bentakku.

"Bikin malu apa?" jawabnya sambil berdiri. Ini cewek memang selalu nantang kalau dibilangi.

"Kamu mau bikin aku malu dengan jadi imam? Biar semua orang tahu ngajiku ga becus?"

"Idih, ngaku. Padahal aku cuma percaya kamu bakal berani jadi imam. Nyanyi depan banyak orang aja berani masa jadi imam takut?"

"Beda Na. Ini sholat. Kalau ada ayat yang aku baca salah gimana?"

"Siapa yang suruh baca surat pendek? Ini kan sholat dhuhur. Tanpa suara, Dra. Makanya, sholat yang rajin."

Hah? Ga pake suara keras ya? Batinku.

Teman-teman tertawa. Entahlah, ada dimana mukaku saat itu....

Indraka dan FarhanaWhere stories live. Discover now