"Na, ke kantin yuk!"
"Sori, hari ini aku puasa."
"Puasa? Puasa apaan? Ini hari Rabu, bukan Kamis."
"Puasa nyahur, bayar hutang."
"Loh, bukannya hutang puasamu sudah beres sebelum bulan Syawal berakhir?"
"Sudah deh, Den. Pokoknya hari ini aku puasa."
Akhirnya Denta pergi meninggalkanku. Dia ke kantin mengajak Dewi. Aku memang puasa. Entah sampai kapan. Aku harus menabung untuk mengganti gitar yang pecah kemarin. Aku dengar Indraka yang wajib mengganti. Jelas aku merasa bersalah. Gitar itu retak karena aku, bukan Indraka yang merusaknya. Aku yang terjatuh di atasnya. Dan itu yang membuat dia marah padaku.
Hari ini, dia sama sekali tidak mau menyapaku. Dia diam saja. Padahal sejak kejadian bola volley, aku yang tidak mau berbicara padanya. Sekarang posisi berbalik. Aku ingin minta maaf padanya. Tapi kemarin dia tidak mau mendengar maaf ku. Dan hari ini, tidak ada sepatah katapun untukku.
Aku melihat Wicak sendirian, merapikan bukunya. Sepertinya dia hendak menyusul sahabatnya ke kantin.
"Cak, mau ke kantin?"
Dia melihat aku kaget.
"Kamu mau ngajak aku makan siang bareng?" tanyanya mengkonfirmasi.
"Bukan, Cak. Aku lagi puasa."
"Terus?"
"Ada yang mau aku tanyakan."
"Apa? Aku sudah lapar nih, mau ke kantin."
"Sebentar aja, Cak."
"Iya, apa?"
"Kamu tahu harga gitar yang dirusak Indraka?"
"Kok kamu tahu Indrek ngerusak gitar sekolah?"
"Sudah pada tahu semua, Cak."
"Terus?"
"Ya aku nanya, berapa duit yang harus Indra ganti?"
"Kamu mau bantu?"
Aku diam.
"Ciyeeee.... mau bantu Indrek nih?"
Aku masih diam.
"Mulai suka Indrek ya?"
"Apaan sih? Aku cuma mau nanya harga gitar, Cak."
"Ngapain nanya-nanya?"
"Pengen tahu."
"Ngapain pengen tahu?"
"Ya pengen tahu saja."
"Uhuk!"
"Ayolah, Cak."
"Aku juga ga tahu, Na. Gitar sekolah itu gitar standar. Ga semahal gitar Indrek di rumahnya."
Aku langsung lega.
"Pastinya berapa, Cak?"
"Aku kurang tahu harga sekarang. Nanti aku tanyakan, Na."
"Iya, iya. Kasih tahu aku kalau sudah tahu infonya. Makasih ya, Cak."
Aku tersenyum. Wicak juga tersenyum.
"Jadi, mulai naksir Indrek?"
"Wicak?!
Hahahaha...tawanya memenuhi ruangan. Untunglah dia segera keluar kelas.

YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka