"Kamu masih belajar fisika sama Gilang?" tanya Indra.
Aku mengangguk.
"Kenapa?"
"Tapi nilaimu biasa-biasa aja."
"Itu sudah belajar setengah mati Dra. Kalau ga belajar, bisa kamu bayangin jadinya seperti apa."
"Habis belajar sama Gilang, mampir ke kafe waffle?"
"Ga. Langsung pulang. Keseringan ngafe bikin kantong kering," jawabku sambil tertawa.
"Kalau aku bayarin, mau?"
"Apaan sih? Ga usah."
"Tiap malam minggu aku manggung disana. Ga pengen nonton?"
Aku ingin menggeleng. Tapi aku melihat raut wajah Indra sangat berharap.
"Kamu boleh bawa teman kok. Semua aku yang bayarin."
"Bukan gitu. Aku belajarnya sore. Soalnya pagi aku ada rapat sama anak-anak Rohis. Mau buka kelas mengaji. Ternyata teman-teman banyak yang ga bisa ngaji."
Dia diam, menggaruk kepalanya.
"Kamu ga ingin ikut Rohis Dra?" tanyaku.
"Memang ada yang percaya sama aku? Ntar ikut Rohis dikira modus lagi."
"Modus apa?"
"Deketin kamu."
Dan kembali aku menegang.
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka